Bab [23] Menginap dan Tidak Ingin Pergi

Dia bersandar dengan santai di sandaran kursi, gelas anggur merah di tangannya berputar pelan. Tatapannya jatuh dengan lembut pada si kecil dan Maya Wijaya yang duduk di seberangnya. Entah kenapa, dia selalu merasa ada semacam ikatan takdir yang tak terlukiskan antara dirinya dan anak itu, sebuah...

Masuk dan lanjutkan membaca