Bab 10
Saat ini Anna tengah sibuk memilih dan memilah pakaian tidurnya. Sedaritadi dirinya menggerutu karena pakaian tidur yang diberikan Arun tidak sesuai dengan keinginannya. Kalau saja Arun tidak melarangnya untuk membawa pakaian tidur miliknya, mungkin sekarang Anna sudah terlelap tidur. Pasalnya, tak tanggung-tanggung Arun memberikan berbagai jenis lingering satu lemari penuh. Jadi mau tidak mau Anna harus memakai salah satunya untuk tidur malam ini.
“Kak__ kenapa pakaian tidurku semuanya seperti ini? ini terlalu terbuka dan menerawang . Aku tidak suka, Kak.”
Anna menggerutu, saat ini ia masih berdiri melihat pantulan tubuhnya sendiri di depan cermin. Sean membuka kedua matanya saat mendengar Anna yang mengadu kepadanya. Walaupun posisinya saat ini sedang tidur terlentang di king sizenya, namun Sean masih dapat melihat jelas Anna yang tengah berdiri memakai lingering seksi berwarna merah maroon. Sehingga menyuguhkan pemandangan yang membuat mata Sean melotot dan seketika menelan salivanya sendiri. Maniknya kini tak lepas dari tubuh Anna yang terlihat risih memakai lingering itu.
“Bukankah ini terlalu terbuka, Kak?” Tanya Anna seraya berbalik menghadap Sean untuk meminta pendapat darinya.
“Apa kau tidak nyaman?” Anna mengangguk dengan cepat, “Kemarilah.” Titah Sean dengan segera dituruti oleh Anna.
Saat Anna membaringkan tubuhnya tepat di samping Sean, lantas pria itu segera menyelimuti Anna hingga batas leher. Lalu tangan kekarnya memeluk melingkari perut Anna. Anna yang masih terlihat bingung pun hanya diam melihat apa yang akan dilakukan Sean selanjutnya.
“Besok kita beli pakaian tidur yang nyaman untukmu ya.”
Ucapnya tepat berada di ceruk leher Anna. Suara Sean terdengar sexy di pendengaran Anna. Hangat napasnya pun dapat Anna rasakan. Jantung Anna sangat tidak baik-baik saja saat ini.
“Tapi Kak…”
“Tidurlah, Anna. Jangan banyak bergerak. Atau kau akan membangunkan adikku. Aku sudah menahannya daritadi, Anna. Diam dan tidurlah.”
“Tapi Kak, itu...”
“Apalagi Anna? kau tidak dengar? tidurlah.”
“Aku tidak bisa tidur, Kak. Ada yang mengganjal, aku tidak nyaman.”
Mendengar perkataan Anna, mata Sean yang tadi ia tutup seketika terbuka. Lantas pria itu segera bangkit dan menatap area bawahnya yang memang sudah terlihat tegak di sana.
“Anna, sepertinya kau harus tanggungjawab.” Ucap Sean tiba-tiba.
“Hah? tanggungjawab apa Kak?” Anna bingung.
“Menidurkannya kembali.”
“Apa? t-tapi ba-bagaimana caranya Kak?”
Sean sudah tidak sabar karena sesuatu di bawah sana semakin mengeras, akhirnya pria itu pun membuka baju atasnya sehingga terlihatlah perut sixpack miliknya. Anna membulatkan kedua matanya dan refleks kedua tangan Anna menutupi kedua matanya.
“Kak Sean sedang apa? kenapa malah buka baju?”
“Astaga istriku ini kenapa sangat polos sekali.” Sean terkekeh.
“Aku ingin kita bermain seperti semalam.” Ujarnya lagi.
“APA?” Anna terkejut sehingga dia membuka matanya menatap Sean.
“Ssttt__ jangan berteriak, Anna. Simpan suaramu itu untuk nanti saat kau memanggil namaku di puncak kenikmatan.” Goda Sean seraya menggigit bibir bawahnya.
“Sumpah aku tidak menyangka kalau Kak Sean mesum sekali.” Anna bergidik ngeri.
“Menolak suami yang sedang ingin bercinta itu dosa lho, Anna.”
“Iya aku tahu, Kak. Janji ya bermain pelan.”
Anna menaikkan jari kelingkingnya dengan segera Sean pun menautkan jari kelingkingnya dengan Anna. “Iya aku janji akan bermain pelan di awal. Tapi aku tidak janji setelahnya lho.” Sean tertawa.
“KAK SEAN!”
Pekikkan suara Anna segera dibungkam dengan ciuman dari Sean. Mereka pun melakukan kegiatan seperti malam pertama mereka saat itu. Namun kali ini sepertinya Anna mulai terbiasa. Sehingga ia pun ikut menikmati permainan Sean.
Tiga hari sudah Anna menyandang status sebagai istri Sean. Selama itu pula Sean dan Anna menghabiskan waktu cuti mereka berdua. Dan kini keduanya tengah bersiap untuk berangkat ke kantor.
“Kau yakin tidak ingin pergi ke kantor bersamaku?”
Anna pun mendekat menatap wajah Sean. Lalu pandangannya tertuju pada dasi Sean yang sedikit miring. Dengan lihai Anna membenarkan dasi suaminya. Lagi-lagi setiap berada di dekat Sean jantung Anna tidak bisa diajak kompromi, selalu saja berdebar sangat kencang. Anna pun merasa bahwa Sean pasti dapat mendengar detakan jantung Anna.
“Iya Kak, aku akan berangkat sendiri ke kantor. Beri aku waktu untuk menikmati pekerjaanku tanpa diberi keistimewaan hanya karena aku ini istrimu, Kak. Aku ingin merasakan bekerja, seperti karyawan lainnya.”
“Baiklah aku mengerti. Lakukan yang menurutmu nyaman, aku akan selalu mendukungmu. Tapi ingat, kalau ada karyawan yang mengganggumu, cepat beritahu aku. Kau mengerti?”
“Siap Mr.Sean hehe.”
Anna tersenyum menatap wajah suaminya. Begitupun dengan Sean, pria itu pun membalas dengan senyuman pula. Kemudian tangannya terulur untuk mengelus wajah Anna. “Hati-hati di jalan ya, nanti supir akan mengantarmu.” Anna mengangguk.
“Aku berangkat dulu.” Sean mencium kening Anna.
“Hati-hati Kak.” Sean mengangguk lalu pria itu pun masuk ke dalam mobilnya.
Seperti permintan Anna bahwa dirinya tidak ingin dikenali sebagai istri Sean. Pernikahan mereka pun digelar sangat tertutup, hanya dihadiri oleh beberapa kerabat dekat dan juga teman-teman terdekat keduanya saja. Sejujurnya Anna masih belum siap dengan status sekarang yang menyandang sebagai istri CEO kaya, Anna takut jika dirinya dan juga kakeknya dipandang sebelah mata oleh orang-orang jika mereka tahu bahwa istri Sean bukanlah dari kaum yang sepadan. Untuk itulah, Anna meminta agar pernikahannya disembunyikan. Namun tidak menutup kemungkinan jika nanti pernikahannya diketahui oleh publik. Hanya saja, untuk sekarang ini Anna masih nyaman dengan keadaan sekarang.
Suasana di kantor SYG Corp selalu ramai dengan para karyawan yang tengah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Tak terkecuali Anna. Gadis itu tengah sibuk dengan beberapa berkas pelamar yang akan dia interview pagi ini.
“Anna, apa sudah siap semuanya? calon pelamar sudah menunggu di ruang interview.” Ucap Belvaria, rekan seteam dengan Anna. Meskipun baru tiga minggu Anna bekerja di perusahaan itu, namun Anna dan Belva sudah berteman baik. Mengingat mereka memiliki umur yang sama, hanya berbeda di bulan saja.
“Sudah, Bel. Aku kan segera ke sana.”
“Baiklah, semangat, Anna. Cari kandidat yang terbaik untuk perusahaan ini.” Ujar Belva menyemangati.
“Siap Bu hehe.”
Hari ini giliran Anna untuk menginterview para kandidat. Sedangkan Belva dan rekan lainnya sibuk mengurusi pekerjaan lainnya. Anna pun segera menuju ruang interview. Proses interview pun dimulai. Ada beberapa yang sudah memasuki kriteria saat Anna menginterview, banyak pula yang tidak cocok dengan kualifikasinya. Kebetulan saat ini perusahaan sedang mencari kandidat yang pas untuk posisi Staff Legal. Jika belum diterima di perusahaan itu mungkin Anna pun akan melamar untuk posisi itu, mengingat dirinya merupakan jurusan Ilmu Hukum jadi sangat pas dengan kualifikasi yang dicari.
“Anna…”
Saat Anna hendak pergi ke toilet, seorang pria memanggil namanya. Anna seketika menoleh. Dan betapa terkejutnya dia saat melihat pria yang sudah berada di hadapannya kini.
