Bab 5
Toktoktok…
Suara ketukan pintu terdengar. Anna mendengar suara seorang pria dari dalam ruangan yang mempersilahkannya masuk. Anna pun masuk dengan membawa berkas titipan Almeda. Tetapi, saat semakin mendekat dengan atasannya tersebut, Anna dibuat terkejut.
“K-Kak Sean?”
Setelah refleks mengatakan itu, kedua tangan Anna langsung membungkam mulutnya. Sedangkan pria yang disebut namanya itu langsung menatap datar Anna. Wajahnya terlihat dingin, kulitnya berwarna putih pucat, bahkan terlihat seperti vampir. Bibirnya berwana pink cerry, sangat jarang seorang pria memiliki bibir seperti itu. kontur wajahnya pun bisa dibilang memenuhi kata sempurna. Alisnya yang tebal didukung dengan hidungnya yang mancung, menambah betapa sempurnanya pria di hadapan Anna ini. Belum lagi aroma parfum maskulin yang menyerbak ditubuhnya menambah kesan, kalau pria ini digilai banyak wanita.
“Ada apa? apa ada yang salah dengan wajahku?”
ucapan Sean membuyarkan lamunan Anna. Dengan gugup Anna menundukan kepala. Anna tidak sanggup menatapnya lebih lama, karena tatapan mata Sean selalu berhasil menghipnotis dirinya.
“T-tidak, Mr.” Anna kikuk. Sebelumnya Almeda mengatakan bahwa semua karyawan SYG selalu memanggilnya dengan sebutan Mr. Bukan tanpa alasan, wajah Sean memang pencampuran antara Korea dan Indonesia. Sean mendapatkan wajah tampan blesteran itu dari kedua orang tuanya. Ayahnya merupakan orang Korea sedang Arun selaku Bundanya adalah orang Indonesia.
“Ada apa datang kemari? itu berkas apa?” tanya Sean. Mata pria itu menatap berkas yang sedang dipegang Anna.
Namun, belum sempat Anna memberikannya, tiba-tiba lampu padam. Anna itu sangat takut kegelapan. Bahkan ketika tidur pun dia tidak mematikan lampu tidurnya. Jadi tidak heran jika sekarang Anna berlari kesana kemari mencari perlindungan. Tidak perduli barang apa saja yang sudah Anna tabrak. Yang terpenting bagi Anna adalah ia bisa berlindung mencari penerangan.
Tidak lama, setelah Anna menabrak sebuah benda besar yang ia yakini bahwa itu merupakan sofa. Anna terjatuh, dan disusul seseorang yang ikut jatuh menindihnya. Sialnya, saat itu lampu kembali menyala dan seseorang sudah masuk ke dalam ruangan.
“SEAN! ANNA! kalian sedang apa?”
Suara Arun menggelegar ke seluruh ruangan. Anna dan Sean pun bersamaan menengok ke arah Arun. Mereka masih belum sadar jika saat ini posisi Sean masih menindih Anna dan kedua tangannya memegang buah dada Anna. Hingga detik kemudian keduanya sadar. Anna langsung mendorong Sean seraya berteriak.
“AHHKKKKK!”
Anna berlari menjauh dari Sean. Gadis itu tidak menyangka dengan kejadian yang sudah menimpanya. Sean pun sama seperti Anna. Pria itu merasa bersalah atas kejadian itu. Sungguh, Sean bukanlah pria brengsek yang dengan sengaja melakukan hal tidak senonoh seperti itu.
“Bunda__ini tidak seperti yang Bunda lihat. A-aku tidak sengaja Bun, ini benar-benar kecelakaan. Tadi aku jatuh dan tidak sengaja menindihnya.” Sean mencoba memberi penjelasan kepada Arun, agar Arun tidak salah paham.
Kini manik Sean beralih menatap Anna. Saat mata mereka bertemu, gadis itu terkesiap dan kembali menunduk. “Kau__aku minta maaf. Aku tidak sengaja. Maaf aku tidak bermaksud untuk melecehkanmu.”
Anna masih menunduk. Gadis itu tidak berani untuk menatap Sean. Atau lebih tepatnya mungkin masih shock, dengan apa yang menimpanya barusan. Anna malu, benar-benar malu. Apalagi area sensitifnya dengan tidak sengaja di pegang oleh orang asing. Rasanya Anna ingin menuntut Sean, bukankah kejadian tadi termasuk pelecehan seksual, meskipun tidak disengaja. Tapi mendengar Sean menyebut Arun sebagai Bundanya, Anna mengurungkan niatnya. Lagi pula Sean sudah meminta maaf padanya. Setidaknya Anna bisa menerima bahwa itu memang murni ketidaksengajaan.
“Bunda kira kalian sedang melakukan hal tidak senonoh di kantor. Kalau ingin melakukannya, nanti saja kalau kalian sudah sah menjadi suami istri.” Ucapan Arun membuat kedua bola mata Anna membulat sempurna. Kini gadis itu sudah mengangkat wajahnya, tidak menunduk lagi seperti tadi.
“Jadi Kak Sean__emm maaf maksudku Mr.Sean yang akan dijodohkan denganku?”
Arun mengangguk seraya tersenyum. Langkahnya perlahan berjalan menghampiri Anna, lalu ia meraih tangan Anna. Di bawalah Anna kehadapan Sean. Lantas Arun pun melakukan hal yang sama yakni meraih tangan Sean pula dan kemudian tangan keduanya disatukan oleh Arun. Anna menegang saat Arun meletakkan tangan Sean di atas tangannya. Halus dan hangat. itulah yang pertama kali Anna rasakan saat bersentuhan dengan tangan Sean. “Pernikahan kalian akan digelar dua minggu lagi. Bunda dan Kakek sudah menyiapkan semuanya. Sean jaga Anna ya. Dia akan menjadi istrimu. Dan Anna, jadilah istri yang baik untuk Sean ya. Jika Sean memperlakukanmu tidak baik, cepat beritahu Bunda. Bunda yang akan memberinya pelajaran.”
Apa tadi katanya? dua minggu? oh tidak! Anna bisa gila. Mengapa secepat ini dirinya harus menikah. Ini menikah lho. Bukan tunangan. Apa tidak terlalu cepat? tapi di sisi lain, hati Anna bersorak. Calon Suami yang selama ini ia takutkan ternyata dia adalah Sean. Pria yang sejak dulu sudah mencuri hatinya. Dan sebentar lagi pria itu akan menjadi suaminya.
Berbeda dengan Anna, Sean tidak berekspresi apapun selain menganggukkan kepala setelah Arun mengatakan bahwa pernikahannya akan digelar dua minggu lagi. Pernikahan ini tentu yang paling diuntungkan adalah Anna. Selain Sean merupakan cinta pertamanya, dirinya pun sudah ikhlas menerima perjodohan ini demi sang Kakek.
Kata orang, malam pertama bagi pasangan suami istri akan membekas di dalam hati. Tak terkecuali Anna. Apalagi Anna melepas pertamanya untuk Sean selaku suami sahnya. Dengan susah payah Anna berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Area bawahnya masih terasa nyeri bekas permainannya dengan Sean semalam. Kini Anna tengah menatap cermin. Wajahnya merona kala melihat beberapa bekas kissmark di tubuhnya karena ulah Sean. Tubuhnya kembali bereaksi ketika mengingat permainan panasnya bersama Sean semalam.
Tidak ingin berpikiran lebih liar lagi, mengingat ini masih terlalu pagi, Anna memutuskan untuk segera mandi. Satu hal yang harus diketahui, bahwa kebiasaan Anna saat mandi adalah bernyanyi. Gadis itu dengan tanpa pemanasan mulai bernyanyi dengan ceria.
