Bab 10
Revan yang masih memeluk Joanna setelah menolongnya pun tidak mendengarkan ucapan Joanna.
Untuk pertama kalinya, Revan merasa tersihir oleh pesona wanita yang baru dikenalnya. Revan merasa dirinya sudah kehilangan akal untuk kali ini.
Joanna mulai menyerah untuk melepaskan dirinya dari Revan yang memegang pinggangnya dengan erat.
"Tolong lepaskan saya, Pak Revan," ucap Joanna.
"Saya tidak ingin orang lain salah paham saat melihat posisi kita," sambung Joanna.
Revan yang mendengar Joanna kembali berbicara pun segera melepaskannya.
"Oh maafkan saya, Nona Joanna," ucap Revan sambil berpura-pura merapikan jasnya.
"Apa Anda baik-baik saja?" tanya Revan.
"Iya, Pak Revan," ucap Joanna.
"Terima kasih karena Anda sudah menolong saya," sambung Joanma.
"Iya sama-sama, Nona Joanna," ucap Revan.
"Saya permisi dulu, Pak Revan," ucap Joanna.
Joanna segera beranjak meninggalkan Revan di depan pintu toilet. Revan mengerutkan keningnya ketika Joanna tidak terpesona dan tidak ingin berlama-lama didekatnya.
Padahal, banyak wanita di luar sana yang berusaha untuk mendekati dan mencari cara agar bisa berlama-lama didekat Revan yang terkenal sebagai pria tampan, mapan, sukses, dan jomblo.
Namun, Revan tidak tertarik dan terpesona pada semua wanita tersebut. Revan mengetahui jika para wanita mendekatinya karena ketampanan, kekayaan, dan kekuasaannya.
"Gadis yang menarik dengan sikap dingin dan cueknya," ucap Revan dalam hatinya.
Revan segera beranjak menyusul Joanna. Calvin dan Rey terkejut ketika melihat Joanna dan Revan kembali berbarengan dari toilet.
Namun, mereka tidak berani menanyakan apapun karena takut Joanna dan Revan akan tersingung.
"Ayo kita makan dulu, Pak Revan, Joanna," ucap Calvin.
"Makanan kita baru sampai," sambung Calvin.
"Iya, Kak," ucap Joanna.
"Iya, Pak Calvin," ucap Revan.
Joanna dan Revan terkejut karena serempak merespon ucapan Calvin.
"Wah, kalian ternyata sudah bisa kompak padahal baru berkenalan beberapa saat yang lalu," ucap Calvin tersenyum sambil melihat kearah Joanna dan Revan secara bergantian.
"Itu hanya kebetulan saja, Pak Calvin," ucap Revan ikut tersenyum.
Joanna hanya diam dengan bersikap dingin dan cuek seperti biasanya tanpa merespon ucapan dan membalas senyum Calvin.
Revan diam-diam mencuri pandang melihat kearah Joanna.
"Gadis ini ternyata masih tetap bersikap dingin dan cuek kepada kakak sepupunya," ucap Revan dalam hatinya.
"Sayang sekali wajah cantik dan manisnya dengan sikap seperti itu," sambung Revan dalam hatinya.
Joanna segera memakan makanannya tanpa mempedulikan Revan yang diam-diam memperhatikannya. Calvin, Revan, dan Rey juga mulai memakan makanan mereka.
**
Setelah beberapa waktu kemudian, Joanna dan yang lainnya telah menghabiskan makanan mereka. Revan segera memberikan kode kepada Rey untuk membayar.
Rey segera bangkit berdiri dari duduknya.
"Saya permisi sebentar, Pak, Nona," ucap Rey kepada Revan, Calvin, dan Joanna.
"Iya, Rey," ucap Revan.
Rey segera beranjak ke kasir untuk membayar. Setelah selesai membayar, Rey beranjak menghampiri Revan.
"Saya sudah membayar semuanya, Pak," ucap Rey.
Revan hanya menganggukkan kepalanya untuk merespon ucapan asistennya. Calvin dan Joanna terkejut ketika mendengar ucapan Rey.
"Kenapa Anda membayar semua makanan ini, Pak Revan?" tanya Calvin.
"Saya bisa membayar makanan saya dan adik sepupu saya," ucap Calvin.
"Anda bisa menganggapnya sebagai traktiran untuk perkenalan saya dengan Nona Joanna tadi, Pak Calvin," ucap Revan.
"Kenapa Anda ingin mentraktir kami hanya karena hal sepele seperti itu, Pak Revan?" tanya Calvin bingung.
"Perkenalan saya dengan Nona Joanna bukanlah hal sepele, Pak Calvin," ucap Revan.
"Jika Nona Joanna adalah anggota Keluarga Atmajaya yang bekerja di PT. AJ Grup, maka kemungkinan suatu hari kami akan bekerja sama dalam bisnis seperti kita saat ini," sambung Revan.
"Apa perkataan saya benar, Pak Calvin?" tanya Revan.
"Iya perkataan Anda benar, Pak Revan," ucap Calvin.
"Maaf karena saya tidak berpikiran sampai ke sana," sambung Calvin.
"Tidak apa-apa, Pak Calvin," ucap Revan.
"Oya saya sekarang harus kembali ke kantor," sambung Revan sambil bangkit berdiri dari duduknya.
"Kita bertemu lagi dilain waktu, Pak Calvin, Nona Joanna," sambung Revan lagi.
"Iya, Pak Revan," ucap Calvin.
"Mari, kita keluar bersama-sama dari restoran," sambung Calvin bangkit berdiri dari duduknya.
Joanna yang sejak dari tadi diam pun bangkit berdiri dari duduknya dengan berjalan mengikuti Calvin, Revan, dan Rey.
**
Pada saat Joanna dan yang lainnya keluar dari restoran, mereka tidak sengaja bertemu dengan Rudi, Margareta, dan Angelica.
Rudi, Margareta, dan Angelica terkejut ketika kembali bertemu dengan Joanna setelah setengah tahun tidak pernah bertemu sejak kematian Dimas dan masalah yang terjadi diantara mereka.
"Joanna," ucap Rudi.
"Apa Anda mengenal saja, Tuan?" tanya Joanna menatap tajam kearah Rudi.
"Jaga sopan santun dihadapan papamu, Joanna," ucap Margareta.
Margareta tidak suka dengan sikap tidak sopan Joanna kepada Rudi di depan umum. Margareta tidak ingin keluarganya menjadi bahan perbincangan atas sikap Joanna.
"Untuk apa saya menjaga sopan santun dihadapan orang yang tidak pernah mempedulikan saya, Nyonya?" tanya Joanna dengan nada sinis sambil melihat kearah Margareta.
"Dan siapa yang Anda maksud sebagai papa saya?" tanya Joanna lagi.
"Saya sudah tidak memiliki orangtua lagi selain Kakek dan Keluarga Paman saya," ucap Joanna penuh penekanan disetiap kata dalam ucapannya.
"Oh iya, saya lupa sejak kamu menjadi anggota Keluarga Atmajaya seutuhnya sudah membuatmu semakin sombong dan tidak mengakui keluargamu lagi, Joanna," ucap Margareta dengan nada sinis.
"Siapa yang Anda maksud sebagai keluarga saya, Nyonya?" tanya Joanna.
"Kamu harus mengingat jika Rudi Hernawan Cahyadi adalah papa kandungmu dan kami adalah keluargamu, Joanna," ucap Margareta.
Joanna tiba-tiba tertawa ketika mendengar ucapan Margareta. Rudi, Margareta, dan Angelica merasa bingung melihat Joanna tertawa.
Sedangkan, Calvin terkejut ketika melihat Joanna bisa kembali tertawa. Begitupun dengan Revan dan Rey yang ikut terkejut.
Namun, mereka bisa merasakan tawa Joanna tersebut menakutkan seperti menyimpan sesuatu di dalamnya.
"Jika Tuan ini adalah papa kandung saya, maka dia seharusnya lebih mempedulikan dan mengerti saya dibandingkan orang lain yang tiba-tiba masuk sebagai anggota keluarga," ucap Joanna penuh penekanan disetiap kata dalam ucapannya.
"Ayo kita pergi dari sini, Kak," sambung Joanna.
"Aku tidak ingin membuang waktu untuk berbicara dengan mereka," sambung Joanna lagi.
Joanna segera menggandeng tangan Calvin meninggalkan restoran yang diikuti oleh Revan dan Rey menuju ke parkiran.
"Kami pergi dulu, Pak Revan," ucap Calvin.
"Maaf karena Anda tadi harus menyaksikan keributan yang terjadi," sambung Calvin.
"Tidak apa-apa, Pak Calvin," ucap Revan.
"Sampai jumpa lagi," sambung Revan.
"Iya, Pak Revan," ucap Calvin.
Calvin dan Joanna segera masuk ke dalam mobil setelah berpamitan dengan Revan.
"Aku sepertinya sudah tersihir oleh pesona gadis itu," ucap Revan tanpa sadar.
"Apa, Pak?" tanya Rey terkejut.
