Bab 3
Joanna mulai sadar dan membuka matanya secara perlahan-lahan setelah kehilangan kesadaran diri sejak dari semalam.
Joanna terkejut ketika melihat ruangan berwarna putih dengan bau obat yang menyengat sehingga ia mengetahui dirinya sedang berada di rumah sakit.
Joanna mencoba memikirkan kembali mengenai kecelakaan yang terjadi semalam hingga ia tiba-tiba bangun dari berbaringnya.
Joanna mengingat jika dirinya sedang memeluk Dimas yang bersimbah darah dan tiba-tiba kehilangan kesadaran diri.
Rudi Hernawan Cahyadi yang melihat Joanna sudah sadar pun segera berjalan menghampiri putrinya.
"Kamu sudah sadar, Joanna," ucap Rudi sambil mengusap puncak kepala putrinya.
"Di mana Dimas, Pa?" tanya Joanna pelan.
Rudi terdiam tanpa menjawab pertanyaan dari Joanna. Rudi merasa takut jika putrinya akan terkejut ketika mengetahui calon suaminya telah meninggal dalam kecelakaan tabrakan semalam.
Joanna yang melihat Papanya terdiam pun kembali berbicara. Joanna benar-benar ingin mengetahui keberadaan Dimas saat ini meskipun perasaan cintanya telah berubah menjadi benci karena pengkhianatan Dimas.
"Aku bertanya di mana Dimas saat ini, Pa," ucap Joanna.
Rudi menghela nafas berat sebelum terpaksa harus menjawab pertanyaan dari Joanna.
"Dimas sedang berada di kamar jenazah saat ini, Joanna," ucap Rudi.
"Keluarga Dimas sedang mengurus kepulangan jenazahnya ke rumah mereka," sambung Rudi.
"Papa pasti sedang bercanda saat ini," ucap Joanna tidak percaya sambil menggelengkan kepalanya.
"Dimas tidak mungkin meninggal, Pa," sambung Joanna.
"Dimas semalam masih sempat berbicara dan tersenyum kepadaku sebelum kehilangan kesadaran diri," sambung Joanna lagi.
"Papa tidak sedang bercanda denganmu, Joanna," ucap Rudi sambil memegang tangan putrinya.
"Kamu harus bisa ikhlas dan menerima kenyataan jika calon suamimu sudah meninggal dalam kecelakaan semalam," sambung Rudi.
"Tidak, Pa," ucap Joanna.
"Aku tidak akan mempercayai ucapan Papa sebelum melihat jenazah Dimas dengan mataku sendiri," sambung Joanna.
"Apa kamu merasa yakin ingin melihat jenazah Dimas saat ini, Joanna?" tanya Rudi.
"Iya, Pa," ucap Joanna.
"Jika Dimas benar berada di kamar jenazah saat ini, maka tolong antarkan aku ke sana," sambung Joanna.
"Baiklah, Joanna," ucap Rudi.
"Papa berharap kamu tidak akan terkejut ketika melihat jenazah Dimas," sambung Rudi.
Setelah menyelesaikan ucapannya, Rudi segera membantu Joanna turun dari tempat tidur pasien. Rudi terpaksa harus mengantarkan Joanna ke kamar jenazah agar putrinya mempercayai ucapannya tadi.
Margareta yang tidak sengaja melihat suaminya membantu Joanna berjalan meninggalkan ruang rawat inap pun segera menarik tangan putrinya untuk mengikuti mereka.
"Kita mau pergi ke mana, Ma?" tanya Angelica bingung.
"Kita ikutin Papa dan Joanna," ucap Margareta.
"Kenapa kita harus mengikuti mereka, Ma?" tanya Angelica.
"Mama seharusnya mengetahui jika aku sedang sedih atas meninggalnya Dimas," ucap Angelica.
"Tetapi, Mama memaksaku untuk menjenguk wanita yang telah membuat Dimas meninggal," sambung Angelica penuh penekanan disetiap kata dalam ucapannya.
"Jaga ucapanmu, Angel," ucap Margareta marah.
"Papa akan marah besar jika mendengar ucapanmu ini," sambung Margareta.
"Kamu sebaiknya mengikuti Mama saja tanpa perlu protes apapun lagi," sambung Margareta sambil menarik tangan putrinya.
Angelica terpaksa harus menuruti ucapan Margareta untuk mengikuti Rudi dan Joanna.
**
Setelah beberapa saat kemudian, Rudi dan Joanna telah sampai di dalam kamar jenazah. Joanna masih tidak percaya dengan hal yang lihat dirinya saat ini.
"Dimas," ucap Joanna sedih.
Joanna segera berjalan mendekat kearah jenazah Dimas yang sedang dibersihkan oleh perawat pria rumah sakit agar bisa dibawa pulang oleh Keluarga Dimas.
Joanna mulai menangis terisak ketika melihat jenazah cinta pertama sekaligus pria yang telah mengkhianatinya.
"Kenapa kamu harus pergi secepat ini, Dimas?" tanya Joanna sambil mengguncang tubuh Dimas.
"Kamu sekarang harus segera bangun jika benar-benar ingin mendapatkan maaf dariku," ucap Joanna.
"Kamu tidak bisa pergi begitu saja seperti ini setelah mengkhianatiku dengan wanita murahan itu, Dimas," sambung Joanna.
"Sudahlah, Joanna," ucap Rudi mencoba membuat putrinya melepaskan tubuh Dimas.
"Biarkan Dimas beristirahat dengan tenang," sambung Rudi.
"Kamu harus bisa mengikhlaskan kepergian Dimas ini," sambung Rudi lagi.
"Tidak, Pa," ucap Joanna sambil menggelengkan kepalanya.
"Tidak," sambung Joanna.
"Kumohon bangunlah, Dimas," sambung Joanna kembali mengguncang tubuh Dimas.
"BANGUN, DIMAS!" teriak Joanna.
"KAMU TIDAK BISA PERGI MENINGGALKANKU SEPERTI INI!" teriak Joanna lagi.
Joanna mulai tidak bisa mengendalikan diri dan emosinya karena terkejut dan tidak bisa menerima kenyataan saat melihat jenazah Dimas di depan matanya saat ini.
"Tolong tenanglah, Nona," ucap perawat pria mencoba menenangkan Joanna.
Pada saat perawat pria tersebut ingin melanjutkan ucapannya, tiba-tiba Joanna kehilangan kesadaran diri karena tekanan yang dihadapinya.
Rudi yang sedang berdiri tepat di belakang Joanna pun segera menangkap tubuh putrinya.
"Joanna," ucap Rudi khawatir.
Rudi segera menggendong tubuh putrinya kembali ke ruang rawat inap.
Di sisi lain, Margareta segera menarik tangan Angelica untuk kembali bersembunyi ketika melihat suaminya keluar dari kamar jenazah sambil menggendong Joanna.
"Ayo kita ikutin Papa lagi, Angel," ucap Margareta.
Margareta yang tidak melihat Angelica mengikutinya pergi dari kamar jenazah pun kembali menghampiri putrinya. Margareta terkejut ketika melihat Angelica tiba-tiba menangis.
"Kenapa kamu menangis, Angel?" tanya Margareta sambil mengusap kepala putrinya.
"Aku merasa sedih melihat pria yang kucintai sudah meninggal saat ini, Ma," ucap Angelica menangis terisak.
"Mama mengetahui dengan baik jika aku mulai jatuh cinta pada Dimas sejak Joanna memperkenalkan dia kepada keluarga kita," sambung Angelica.
"Kamu tidak perlu merasa sedih dan menangis seperti ini untuk pria yang tidak benar-benar mencintaimu, Angel," ucap Margareta memeluk putrinya.
"Kamu masih bisa mendapatkan pria yang jauh lebih tampan dan kaya dari Dimas dengan wajah cantik dan tubuh indahmu," sambung Margareta melepaskan pelukannya.
"Jadi, kamu tidak perlu membuang air matamu secara sia-sia seperti ini hanya untuk Dimas," sambung Margareta sambil menghapus air mata dipipi putrinya.
"Ayo kita sekarang kembali ke ruang rawat inap Joanna untuk melihat keadaannya," sambung Margareta lagi.
"Kita harus tetap berpura-pura bersikap baik dan mempedulikan Joanna saat dihadapan Papa," sambung Margareta lagi.
"Apa kamu mengerti dengan ucapan Mama, Angel?" tanya Margareta.
"Iya aku mengerti, Ma," ucap Angelica dengan suara parau.
Margareta dan Angelica segera beranjak meninggalkan kamar jenazah setelah menyelesaikan pembicaraan mereka.
**
Setelah beberapa waktu kemudian, Joanna kembali sadar setelah tadi kehilangan kesadaran diri di kamar jenazah.
Joanna segera bangun dari berbaringnya sambil melihat kearah Angelica dengan tatapan penuh kemarahan dan kebencian.
"PERGI DARI SINI, WANITA MURAHAN!" teriak Joanna marah sambil mengepalkan erat kedua tangannya.
Bagaimana reaksi Rudi dan Margareta ketika mendengar Joanna menyebut Angelica sebagai wanita murahan?
