Bab 6

Joanna terdiam beberapa saat sebelum merespon ucapan kakeknya. Ridwan merasa aneh ketika cucunya hanya terdiam dan melihat kearahnya sehingga ia kembali berbicara.

“Kenapa kamu diam, Joanna?” tanya Ridwan.

“Tidak ada apa-apa, Kek,” ucap Joanna.

“Aku hanya sedang berpikir ternyata papa kandungku tetap lebih membela dan memihak kepada orang lain yang tidak memiliki hubungan darah apapun dengannya dibandingkan anak kandungnya,” sambung Joanna kembali tertawa.

Joanna tertawa bukan karena bahagia tetapi, ia sedang merasa kecewa dan tidak percaya setelah mendengar ucapan Rudi. Joanna tiba-tiba mencurigai jika papanya selama ini tidak benar-benar mencintai mamanya dan dirinya.

Ridwan dan yang lainnya kembali dibuat terkejut dan bingung dengan sikap Joanna yang tiba-tiba kembali tertawa.

“Aku merasa Joanna sudah tidak waras, sayang,” ucap Margareta sambil memegang lengan Rudi.

“JAGA UCAPANMU TERHADAP CUCUKU!” teriak Ridwan marah sambil menatap tajam kearah Margareta.

Margareta merasa nyalinya menciut ketika mendengar teriakan dan melihat tatapan tajam Ridwan. Pada umumnya, Ridwan terlihat seperti pria baruh baya yang sudah memasuki usia senja.

Namun, Ridwan memiliki tatapan tajam dan kekuasaan yang dapat menakuti siapapun sehingga banyak orang yang tidak ingin mencari masalah dengan Keluarga Atmajaya.

“Joanna,” ucap Calvin lembut sambil mengusap kepala adik sepupunya.

Calvin bisa merasakan jika tawa Joanna menyimpan banyak kesedihan dan luka di dalamnya. Joanna melihat sejenak kearah Calvin dengan mata berkaca-kaca.

“Katakanlah semua isi hati dan pikiranmu dihadapan kami, Joanna,” ucap Calvin.

“Kamu tidak perlu menyembunyikan apapun lagi agar perasaanmu menjadi lebih baik,” sambung Calvin.

“Perkataan Calvin benar, Joanna,” ucap Ridwan.

“Kamu bisa mengungkapkan isi hati dan pikiranmu saat ini,” sambung Ridwan.

“Kakek dan Calvin akan berada di sini untuk mendengarkan dan menjagamu dari orang-orang seperti mereka,” sambung Ridwan sambil menatap tajam kearah Rudi, Margareta, dan Angelica secara bergantian.

“Baiklah, Kek, Kak,” ucap Joanna.

Joanna menghela nafas panjang sebelum berbicara. Joanna berusaha menahan kesedihan hatinya agar tidak kembali menangis dihadapan Rudi, Margareta, dan Angelica.

Joanna tidak ingin terlihat lemah dihadapan mereka untuk saat ini. Joanna sudah memutuskan akan mengatakan isi hati dan pikirannya.

“Hapus namaku dari kartu keluarga kita mulai hari ini, Pa,” ucap Joanna menatap tajam kearah Rudi.

“Papa bisa menganggap tidak pernah memiliki aku sebagai anak selain Angelica dan anak dalam perut Tante Margareta,” sambung Joanna.

“Akhiri hubungan ayah dan anak diantara kita daripada kita saling menyakiti, Pa,” sambung Joanna penuh penekanan disetiap kata dalam ucapannya.

“Aku lebih memilih menjadi orang asing daripada musuh Papa,” sambung Joanna lagi.

Rudi seketika terdiam karena terkejut setelah mendengar ucapan putrinya. Begitupun, Ridwan dan Calvin yang merasa terkejut dengan keputusan yang diambil oleh Joanna.

Namun, mereka berusaha bersikap biasa saja dan tidak menunjukkan keterkejutan tersebut. Sedangkan, Margareta dan Angelica saling melihat satu sama lain sambil tersenyum bahagia ketika mendengar ucapan Joanna.

“Putriku dan anak dalam kandunganku akan memiliki semua kekayaan Keluarga Cahyadi jika nama Joanna benar-benar dihapus dari kartu keluarga Rudi,” ucap Margareta dalam hatinya.

“Akhirnya, aku akan menjadi putri satu-satunya Keluarga Cahyadi sebelum adikku lahir,” ucap Angelica dalam hatinya.

**

Setelah semua orang di dalam ruangan terdiam selama beberapa saat akhirnya, Rudi kembali berbicara dengan berjalan mendekati Joanna.

“Apa kamu serius dengan ucapanmu tadi, Joanna?” tanya Rudi.

“Iya aku serius, Pa,” ucap Joanna.

“Aku tidak bisa memilih untuk tetap menjadi anggota Keluarga Cahyadi jika ayah kandungku saja sudah tidak ingin membela dan memihakku,” sambung Joanna.

“Aku tidak ingin menjadi orang asing di dalam keluargaku sendiri disaat orang lain yang tidak memiliki hubungan darah apapun dianggap seperti keluarga kandung,” sambung Joanna penuh penekanan disetiap kata dalam ucapannya.

Rudi berusaha mencari kebohongan yang terdapat di dalam sorot mata Joanna saat putrinya berbicara. Namun, Rudi hanya menemukan keseriusan dan tatapan mata tajam yang dimilki oleh Keluarga Atmajaya di dalam sorot mata putrinya saat ini.

“Papa tidak bisa menghapus namamu dari kartu keluarga kita, Joanna,” ucap Rudi.

“Kamu selamanya akan menjadi putri satu-satunya dari pernikahan Papa dan mamamu,” sambung Rudi.

“Papa tidak ingin kembali kehilangan orang yang terpenting dalam hidup Papa setelah kehilangan mamamu, Joanna,” sambung Rudi lagi.

Margareta dan Angelica terkejut ketika mendengar ucapan Rudi. Mereka berpikir Rudi berselingkuh karena tidak pernah mencintai istri dan anaknya.

“Papa jangan membuatku menertawakan ucapan Papa saat ini,” ucap Joanna dengan nada sinis.

“Jika Papa benar-benar mencintai mama dan menganggap kami penting dalam hidup Papa, maka Papa tidak akan mungkin tega berselingkuh dengan Tante Margareta,” sambung Joanna.

“Papa harus mengingat hal ini sampai mati jika Papa dan Tante Margareta adalah orang yang menyebabkan Mama meninggal,” sambung Joanna penuh penekanan disetiap kata dalam ucapannya.

“Papa mengaku telah berbuat salah karena berselingkuh dengan Margareta,” ucap Rudi.

“Papa saat itu hanya terbawa perasaan dengan kenangan dimasa lalu karena Margareta merupakan cinta pertama Papa,” sambung Rudi.

“Pada saat Papa berpikir untuk mengakhiri perselingkuhan dengan Margareta, tiba-tiba mamamu melihat kami sedang melakukan hubungan suami istri,” sambung Rudi lagi.

“STOP, PA!” teriak Joanna marah sambil mengepalkan erat kedua tangannya.

“Papa tidak perlu melanjutkan pembicaraan mengenai kesalahan dan penyesalan Papa,” ucap Joanna.

“Penyesalan Papa ini tidak akan pernah mengembalikan Mama,” sambung Joanna.

“Jika Papa tidak ingin mengurus mengenai penghapusan namaku dari kartu keluarga kita, maka Kakek yang akan mengurusnya,” sambung Joanna lagi.

“Papa sebaiknya sekarang bawa kedua wanita murahan itu pergi dari sini sebelum aku menyuruh pengawal Kakek untuk menyeret kalian,” sambung Joanna lagi.

“Apa kamu benar-benar tidak bisa memaafkan dan mengerti posisi Papa saat ini, Joanna?” tanya Rudi.

“Aku akan memaafkan Papa jika Papa meninggalkan kedua wanita murahan itu,” ucap Joanna.

“Papa jangan selalu memintaku untuk mengerti Papa disaat Papa tidak pernah mau mengerti dan mempedulikan perasaanku,” sambung Joanna.

“Jadi, kalian sebaiknya pergi sekarang,” sambung Joanna lagi.

“Ayo kita pergi, sayang,” ucap Margareta sambil menarik paksa tangan Rudi.

Margareta tidak ingin suaminya berubah pikiran jika terus mendengarkan ucapan Joanna saat ini. Pada saat Rudi, Margareta, dan Angelica hendak keluar dari pintu ruangan, tiba-tiba Joanna kembali berbicara.

“Aku akan menjadi anggota Keluarga Atmajaya seutuhnya mulai hari ini sesuai dengan pemberian nama keluarga Mama yang berada di belakang namaku, Pa,” ucap Joanna.

“Kita akan menjadi orang asing dan jangan pernah berharap mendengar aku memanggil sebutan Papa lagi,” sambung Joanna.


Bab Sebelumnya
Bab Selanjutnya