Bab 8

Tidak terasa waktu setengah tahun sudah berlalu sejak nama Joanna dihapuskan dari kartu keluarga Rudi Hernawan Cahyadi. Joanna masih mengingat dengan jelas ekspresi wajah Rudi yang menahan amarah ketika Joanna memutuskan untuk menjadi anggota Keluarga Atmajaya seutuhnya.

Mama Joanna yakni Intan Novasari Atmajaya memang sengaja memberikan nama keluarga besarnya di belakang nama putri tunggalnya. Intan berpikir suatu hari putrinya mungkin membutuhkan nama keluarga besar Atmajaya.

Semua orang mengetahui jika Keluarga Atmajaya memiliki kekayaan dan kekuasaan yang lebih besar dibandingkan Keluarga Cahyadi. Sebenarnya, Intan dan Rudi dulu menikah karena dijodohkan untuk urusan bisnis oleh Keluarga Cahyadi.

Namun, Rudi perlahan-lahan mulai mencintai Intan karena sikap pengertian dan kelembutannya sehingga bisa melupakan Margareta sebelum Margareta kembali hadir dalam hidupnya dan menghancurkan pernikahannya.

“Apa yang sedang kamu pikirkan, Joanna?” tanya Calvin berjalan mendekat kearah meja kerja Joanna.

Joanna yang mendengar pertanyaan dari Calvin pun segera tersadar dari lamunannya.

“Aku sedang tidak memikirkan apa-apa, Kak,” ucap Joanna bangkit berdiri dari duduknya.

“Jika kamu tidak memikirkan apa-apa, maka tidak mungkin kamu tidak menyadari kehadiran Kakak sejak dari tadi, Joanna,” ucap Calvin.

“Mulutmu bisa berbohong tetapi, hati dan sorot matamu tidak bisa berbohong,” sambung Calvin melihat wajah Joanna dari jarak dekat.

“Ayo ceritakan hal yang sedang kamu pikirkan kepada Kakak sebelum Kakak meminta Kakek yang memaksamu untuk bercerita,” sambung Calvin lagi.

“Kakak selalu menggunakan nama Kakek untuk mengancamku,” ucap Joanna kesal.

“Karena kamu hanya merasa takut dan patuh kepada Kakek saja, Joanna,” ucap Calvin tersenyum.

Calvin selalu tersenyum saat berbicara dengan Joanna karena berharap Joanna akan membalas senyumannya tersebut. Keluarga Atmajaya selama setengah tahun terakhir ini tidak pernah melihat Joanna tersenyum lagi.

Joanna mulai berubah sejak kematian Dimas dan masalah yang terjadi dengan Rudi. Joanna kini berubah menjadi gadis yang dingin, cuek, dan tegas terhadap siapapun tanpa pernah menunjukkan sikap baik, ramah, dan ceria seperti saat dulu.

“Apa kamu masih memikirkan mengenai kematian Dimas dan masalah dengan Papamu, Joanna?” tanya Calvin.

“Iya aku masih memikirkan kedua hal tersebut hingga saat ini, Kak,” ucap Joanna.

“Tetapi, aku lebih merasa dihantui oleh kematian Dimas,” sambung Joanna.

“Apa kamu masih merasa bersalah atas kematian Dimas karena kecelakaan tabrakan malam itu, Joanna?” tanya Calvin.

Joanna seketika terdiam dan membalikkan badannya menghadap kearah dinding kaca di belakang meja kerjanya setelah mendengar pertanyaan dari Calvin. Calvin tidak melanjutkan pembicaraan ketika melihat Joanna terdiam.

**

Setelah beberapa saat melihat Joanna masih terdiam akhirnya, Calvin berjalan mendekat kearah Joanna dan kembali berbicara.

“Jika kamu tidak ingin menjawab pertanyaan Kakak tadi, maka kamu bisa melupakannya, Joanna,” ucap Calvin sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

“Pertanyaan Kakak tadi sudah menganggu pikiranku sehingga tidak mungkin dilupakan begitu saja,” ucap Joanna.

“Maafkan Kakak, Joanna,” ucap Calvin merasa bersalah.

“Kakak tidak seharusnya bertanya seperti itu kepadamu,” sambung Calvin.

“Tidak apa-apa, Kak,” ucap Joanna.

“Iya aku masih merasa bersalah atas kematian Dimas waktu malam itu, Kak,” sambung Joanna.

“Jika aku tidak melajukan mobil dengan kecepatan tinggi yang diikuti oleh Dimas yang mengejarku, maka kami tidak akan mungkin mengalami kecelakaan yang merenggut nyawa Dimas,” sambung Joanna sedih.

“Sejujurnya, aku mengalami trauma atas kecelakaan Dimas malam itu sehingga setiap kali hujan yang disertai petir akan membuatku seperti orang yang tidak waras,” sambung Joanna lagi.

Joanna mulai merasa membutuhkan seseorang yang bisa menemani dan menjaganya disaat sedang hujan yang disertai petir sehingga ia terpaksa harus menceritakan traumnya kepada kakak sepupunya.

“Apa maksud ucapanmu, Joanna?” tanya Calvin terkejut.

Calvin yang terkejut ketika mendengar ucapan Joanna pun segera memegang kedua lengan tangan Joanna agar berbicara dengan menghadap kearahnya.

“Aku mengalami ketakutan yang parah saat mendengar suara hujan yang disertai dengan petir, Kak,” ucap Joanna pelan.

“Aku akan tiba-tiba berteriak dan menangis histeris ketika bayangan kecelakaan Dimas disaat hujan waktu malam itu tiba-tiba terlintas dipikiranku,” sambung Joanna.

“Sejak kapan kamu mulai mengalami trauma seperti itu, Joanna?” tanya Calvin.

“Sejak lima bulan ini, Kak,” ucap Joanna.

“Pada awalnya aku berpikir hal itu terjadi karena aku dihantui oleh rasa bersalah,” sambung Joanna.

“Tetapi, trauma itu selalu kembali muncul saat turun hujan yang disertai petir,” sambung Joanna.

Tanpa sadar air mata Joanna mulai mengalir dipipinya karena Joanna tiba-tiba memikirkan mengenai trauma yang menyiksanya selama setengah tahun ini. Calvin segera memeluk Joanna untuk menenangkannya.

“Menangislah jika hal tersebut bisa membuat perasaanmu menjadi lebih baik saat ini, Joanna,” ucap Calvin sambil menepuk pelan punggung Joanna.

Calvin membiarkan Joanna menangis dalam pelukannya tanpa mempedulikan kemeja dan jasnya yang akan basah oleh air mata adik sepupu kesayangannya. Calvin memutuskan akan melanjutkan pembicaraan setelah Joanna merasa tenang.

**

Setelah beberapa waktu kemudian, Joanna telah berhenti menangis dan metasa tenang. Calvin segera menggandeng tangan Joanna untuk duduk disofa dalam ruangan dan melanjutkan pembicaraan tadi.

“Apa perasaanmu sudah lebih baik setelah menangis, Joanna?” tanya Calvin.

“Iya, Kak,” ucap Joanna dengan suara parau.

“Kenapa kamu tidak pernah menceritakan mengenai traumamu ini kepada Kakek dan Kakak, Joanna?” tanya Calvin.

“Karena aku tidak ingin membuat Kakek dan Kakak mengkhawatirkanku,” ucap Joanna.

“Jika aku menceritakan mengenai traumaku, maka kalian akan membawaku untuk menjalani pengobatan ke luar negeri,” sambung Joanna.

“Aku tidak ingin ditinggal sendirian lagi saat trauma itu datang, Kak,” sambung Joanna lagi.

“Aku terpaksa menceritakan mengenai traumaku agar Kakak bisa menemani dan menjagaku saat trauma itu datang,” sambung Joanna lagi.

“Traumamu harus disembuhkan, Joanna,” ucap Calvin.

“Kakak dan Kakek akan mencarikan dokter psikolog terbaik yang bisa menyembuhkan traumamu atas kecelakaan Dimas malam itu,” sambung Calvin.

“Aku tidak ingin menemui dokter psikolog untuk saat ini, Kak,” ucap Joanna.

“Aku sudah pernah menemui dokter psikolog saat dua bulan yang lalu,” sambung Joanna.

“Tetapi, setelah menjalani terapi membuatku mengalami mimpi buruk sehingga aku harus meminum obat agar bisa tidur nyenyak,” sambung Joanna lagi.

“Kenapa kamu harus menanggung beban masalah ini sendirian, Joanna?” tanya Calvin.

“Kamu memiliki Kakek, Kakak, dan Keluarga Kakak untuk membagi semua masalahmu,” ucap Calvin.

“Pada awalnya aku berpikir bisa melewati semua masalah ini sendiri, Kak,” ucap Joanna.

“Apa Kakak bisa berjanji untuk tidak menceritakan mengenai traumaku kepada Kakek dan Keluarga Kakak untuk saat ini?” tanya Joanna sambil menggenggam tangan Calvin.


Bab Sebelumnya
Bab Selanjutnya