Bab 9
Calvin terdiam tanpa langsung menjawab pertanyaan dari Joanna. Joanna merasa takut Calvin akan menceritakan mengenai traumanya kepada Ridwan dan anggota keluarga lainnya pun semakin mempererat genggaman tangannya.
“Tenanglah, Joanna,” ucap Calvin sambil memeluk adik sepupunya.
“Kakak berjanji akan merahasiakan mengenai traumamu dari Kakek dan keluarga Kakak untuk saat ini,” sambung Calvin.
“Tetapi, kamu harus menyiapkan diri untuk menceritakan mengenai traumamu kepada mereka,” sambung Calvin lagi.
“Kamu tidak bisa selamanya menyembunyikan mengenai traumamu atas kecelakaan dan kematian Dimas,” sambung Calvin lagi.
“Apa kamu mengerti dengan ucapan Kakak, Joanna?” tanya Calvin sambil melepaskan pelukannya.
“Iya aku mengerti, Kak,” ucap Joanna.
“Terima kasih karena Kakak sudah mau berjanji kepadaku,” sambung Joanna.
“Iya sama-sama, Joanna,” ucap Calvin.
“Kakak akan melakukan apapun agar bisa melihatmu bahagia dan tenang,” sambung Calvin.
“Kamu harus berjanji untuk menghubungi Kakak saat traumamu datang, Joanna,” sambung Calvin lagi.
“Kakak akan menemani dan menjagamu saat itu,” sambung Calvin lagi.
“Iya aku janji, Kak,” ucap Joanna.
“Ayo kita sekarang makan siang dulu, Joanna,” ucap Calvin.
“Kita sudah berbicara terlalu lama hingga melupakan jam makan siang,” sambung Calvin melihat kearah jam dipergelangan tangannya.
“Iya, Kak,” ucap Joanna.
Calvin segera bangkit berdiri dari duduknya sambil memegang tangan Joanna. Calvin dan Joanna beranjak meninggalkan ruang kerja dengan bergandengan tangan.
Semua karyawan menatap iri saat melihat kemesraan dan keakraban yang terjalin antara Calvin dengan Joanna sebagai saudara sepupu. Jika orang lain yang tidak mengenal dan mengetahui hubungan Calvin dan Joanna sebagai keluarga, maka mereka pasti dianggap sebagai sepasang kekasih.
Calvin dan Joanna tidak mempedulikan tatapan dari semua karyawan karena mereka sudah terbiasa diperhatikan seperti itu. Calvin segera melajukan mobilnya bersama Joanna meninggalkan perusahaan PT. AJ Grup untuk makan siang.
**
Setelah beberapa waktu kemudian, Calvin dan Joanna telah sampai disebuah restoran Jepang. Pada saat masuk ke dalam restoran, Calvin tidak sengaja melihat rekan bisnisnya yang kebetulan sedang mencari tempat duduk.
Calvin segera beranjak menghampiri rekan bisnisnya tersebut sambil menggandeng tangan Joanna. Joanna sudah terbiasa digandeng tangannya oleh Calvin saat pergi ke mana pun sehingga ia tidak merasa terganggu dengan sikap kakak sepupunya.
“Pak Revan,” ucap Calvin.
Revan mendengar ada seseorang yang memanggilnya pun segera melihat kearah belakangnya.
“Oh Anda, Pak Calvin,” ucap Revan.
“Apa kabar, Pak Revan?” tanya Calvin mengulurkan tangannya.
“Kabar saya baik, Pak Calvin,” ucap Revan sambil menerima uluran tangan Calvin.
“Kita ternyata sudah dua bulan ini tidak bertemu dalam meeting bisnis kita iya, Pak Revan,” ucap Calvin.
“Iya karena saya sedang mengurus cabang perusahaan di Singapura selama dua bulan ini sehingga wakil saya yang menggantikan untuk meeting dengan Anda, Park Calvin,” ucap Revan.
“Oh iya wakil Anda sudah memberitahukan saya mengenai hal tersebut, Pak Revan,” ucap Calvin.
Revan diam-diam memperhatikan wajah Joanna yang dinilainya sangat cantik dan manis sedang berdiri di samping Calvin. Namun, Revan tidak sengaja melihat Calvin dan Joanna yang sedang bergandengan tangan.
“Siapa wanita yang berada di samping Anda ini, Pak Calvin?” tanya Revan.
“Apa dia calon istri Anda?” tanya Revan lagi.
“Dia bukan calon istri saya, Pak Revan,” ucap Calvin.
“Tetapi, dia adalah adik sepupu saya,” sambung Calvin.
Setelah Calvin selesai berbicara, tiba-tiba Revan mengulurkan tangannya kepada Joanna untuk berkenalan.
“Hai,” ucap Revan tersenyum.
“Perkenalkan nama saya Revan Putra Kusuma Wijaya,” sambung Revan.
Joanna melihat kearah Calvin setelah Revan mengajaknya berkenalan. Calvin menganggukkan kepalanya untuk memberi kode agar Joanna mau berkenalan dengan Revan.
“Joanna Angelia Atmajaya,” ucap Joanna menerima uluran tangan Revan.
“Senang berkenalan dengan Anda, Nona Joanna,” ucap Revan sambil melepaskan tangan Joanna.
“Iya, Pak Revan,” ucap Joanna dingin.
“Saya berpikir Anda datang bersama calon istri saat melihat kalian bergandengan tangan, Pak Calvin,” ucap Revan melihat kearah Calvin.
“Iya banyak orang yang tidak mengetahui siapa kami pasti mengira kami adalah sepasang kekasih, Pak Revan,” ucap Calvin.
“Saya sudah terbiasa menggandeng tangan Joanna saat pergi ke mana pun,” sambung Calvin.
“Oh seperti itu, Pak Calvin,” ucap Revan.
“Saya merasa iri melihat kemesraan dan keakraban kalian sebagai saudara sepupu,” sambung Revan.
“Anda terlalu berlebihan, Pak Revan,” ucap Calvin.
“Oya apa Anda ingin ikut bergabung untuk makan siang bersama saya dan Joanna?” tanya Calvin.
“Iya jika Anda dan Nona Joanna tidak keberatan saya dan asisten saya ikut makan siang bersama kalian,” ucap Revan.
“Tentu saja kami tidak merasa keberatan, Pak Revan,” ucap Calvin.
“Kita bisa makan siang sambil membicarakan mengenai bisnis dan hal lainnya,” sambung Calvin.
“Kamu tidak keberatan jika Pak Revan dan asistennya ikut makan siang bersama kita kan, Joanna?” tanya Calvin melihat kearah adik sepupunya.
“Aku tidak keberatan, Kak,” ucap Joanna.
“Iya sudah, ayo kita mencari tempat duduk, Pak Revan,” ucap Calvin.
“Iya, Pak Calvin,” ucap Revan.
Calvin, Joanna, Revan dan asistennya segera beranjak untuk mencari tempat duduk.
**
Pada saat sedang menunggu makanan pesanan mereka, Revan dan Calvin berbicara mengenai bisnis kerja sama mereka. Sedangkan, Joanna dan Rey hanya diam untuk mendengarkan pembicaraan.
Namun, Revan diam-diam mencuri pandang melihat kearah Joanna saat dirinya sedang berbicara dengan Calvin. Revan tiba-tiba merasa tertarik dan penasaran mengenai Joanna.
“Kenapa gadis ini bersikap dingin dan cuek?” tanya Revan dalam hatinya.
“Sifat gadis ini dan Pak Calvin sangat berbeda jauh padahal, mereka adalah saudara sepupu,” ucap Revan dalam hatinya.
Joanna yang mengetahui jika Revan diam-diam sedang memperhatikannya pun merasa terganggu sehingga ia memutuskan untuk berpamitan pergi sebentar ke toilet.
“Aku pergi ke toilet dulu iya, Kak,” ucap Joanna.
“Iya, Joanna,” ucap Calvin.
“Tetapi, kamu jangan terlalu lama di toilet karena makanan kita sebentar lagi akan disajikan,” sambung Calvin.
“Iya, Kak,” ucap Joanna.
Joanna segera beranjak meninggalkan tempat duduknya.
“Saya juga izin pergi ke toilet sebentar, Pak Calvin,” ucap Revan.
“Iya, Pak Revan,” ucap Calvin.
Revan segera menyusul Joanna pergi ke toilet. Sebenarnya, Calvin merasa bingung dan aneh ketika melihat Revan ikut berpamitan pergi ke toilet berbarengan dengan Joanna.
Namun, Calvin tidak berani menanyakan apapun karena tidak ingin membuat Revan tersinggung dengan pertanyaannya.
Pada saat keluar dari toilet, Joanna tidak sengaja menabrak Revan yang memang sedang menunggunya di depan pintu.
Revan segera menangkap tubuh Joanna yang hampir terjatuh. Revan dan Joanna saling memandang satu sama lain selama beberapa saat dalam jarak cukup dekat.
“Maafkan saya, Pak Revan,” ucap Joanna sambil melepaskan dirinya dari Revan.
