Bab 7
Sanny Chandra menoleh ke sumber suara, setelah yakin wanita yang berpakaian bermerek sebadan penuh itu sedang bicara dengannya, dia bergegas melepaskan tangan, “Maaf, aku tidak tahu troli ini punya kamu.”
“Hng! Apaan tidak tahu?! Hanya ingin tarik perhatian priaku saja, dasar tak tahu malu!” Wanita itu langsung merebut troli belanja.
Pria buncit di samping wanita itu mengamati Sanny Chandra dengan tatapan mesum, “Dek, berapa kamu sebulan?”
“Nyebelin, sudah ada aku masih tak cukup, kamu masih mau satu lagi?” Wanita itu menarik pria buncit dengan tidak senang, tatapannya pada Sanny Chandra semakin tidak bersahabat, “Kamu cepat pergi saja, masih kecil begini sudah ingin jadi simpanan orang, ibumu tidak ajari kamu jadi gadis harus cinta diri? Benar-benar tak diajar!”
Awalnya Sanny Chandra tidak ingin terus basa-basi dengan wanita ini, tetapi mendengar wanita ini asal menuduhnya, bahkan menjerat ibunya yang sudah meninggal dunia, seketika dia tidak tahan lagi.
“Eh Mbak, aku hanya ingin ambil troli untuk taruh barang saja, tidak ingin tarik perhatian bapak di sampingmu ini.”
“Kamu… kamu panggil aku apa?” Wajah wanita itu menjadi merah padam saking marahnya mendengar panggilan Sanny Chandra, matanya yang besar cerah membelalak melototi.
“Mbak.” Sanny Chandra berkata dengan serius.
“Dasar kamu jalang kecil! Aku baru 25 tahun, mbak dari mana?!” Wanita itu melepaskan tangannya yang menggandeng pria buncit, lalu seperti ibu-ibu gila yang mencaci maki, “Masih bilang tidak ingin tarik perhatian priaku?! Lihat sebadan kamu ini, kamu bukan datang untuk pancing pria kaya, memangnya datang untuk belanja? Memangnya kamu sanggup bayar?”
“Iya, Dek, kamu tak sanggup beli barang di sini kan?” Pria buncit terkekeh, ekspresinya semakin mesum, “Kalau tidak kamu ikut aku saja? Aku bawa kamu hidup enak! Sebulan dua ratus juta cukup tidak untuk hidupi kamu?”
Wajah Sanny Chandra merah saking marahnya, ketika ingin bicara, terdengar suara pria yang dingin di belakang, “Ada apa?”
Sanny Chandra menolehkan kepala, melihat itu adalah Jordan Wijaya, dia berkata, “Aku tak sengaja ambil troli dia, sudah minta maaf, tetapi dia langsung bilang aku tarik perhatian prianya, bilang aku tak diajari. Bapak ini masih ingin hidupi aku. Suami, mbak ini galak sekali marahi orang, aku tak sanggup marahi dia!”
Jordan Wijaya, “….” Sekarang sudah tahu panggil suami, bukankah sebelumnya sangat senang panggil abang ipar?
Pria buncit tertegun sejenak setelah melihat Jordan Wijaya. Sekarang setelah sadar kembali, dia bergegas menghampiri, “Bukankah ini Pak Jordan, benar-benar jodoh sekali, bahkan bisa bertemu di sini. Pak Jordan masih ingat saya tidak? Saya adalah General Manager dari PT. Tanjung Raya."
“Tidak ingat.” Jordan Wijaya merangkul pinggang Sanny Chandra, “Tadi istriku ingin tarik perhatian kamu? Kamu ingin hidupi dia?”
“Tidak, tidak, tidak, bagaimana bisa! Istri Anda juga tidak akan lihat aku!” Pria buncit tersenyum menyanjung, dia bergegas menarik wanita di sampingnya dan berkata, “Cepat minta maaf dengan Ibu Wijaya!”
Melihat sikap pria buncit, wanita itu pun tahu bahwa identitas pria di depan ini tidaklah biasa, seketika dia memiliki niat kecil. Dia melempar mata godaan pada Jordan Wijaya dan berkata dengan nada centil, “Maaf ya, Pak Jordan, ini semua hanya salah paham, kami tidak tahu ini adalah istri Anda.”
Sanny Chandra sangat tidak suka tatapan wanita ini pada Jordan Wijaya, insting memberitahunya bahwa wanita ini ingin menggoda abang iparnya!
Seketika, Sanny Chandra berdiri di depan Jordan Wijaya, “Ibu, tolong jangan lempar mata godaan pada priaku, kamu akan buat matanya punya bisul!”
Ekspresi wanita itu seketika menjadi kaku. Detik berikutnya, Sanny Chandra menarik tangan Jordan Wijaya bergegas pergi, tidak ingin banyak basa-basi lagi di sini.
Melihat ada sebuah troli belanja yang kosong di depan sana, Jordan Wijaya langsung mendorongnya kemari. Mereka kembali lagi ke depan rak kondom, Jordan Wijaya memasukkan masing-masing satu kotak yang kemasannya beda.
Sanny Chandra membelalak kaget melihatnya, “Abang ipar, untuk apa kamu ambil begitu banyak?”
Tiup balon?
Gerakan Jordan Wijaya tertegun, dia berkata, “Coba setiap jenisnya.”
“Tetapi… sepertinya dia punya ukuran. Tadi aku lihat yang kamu ambil tidak sama ukurannya.” Sanny Chandra berkata dengan wajah merah.
Dalam hati dia tahu bahwa Jordan Wijaya tidak mungkin tidak beli, lagipula sudah beli juga bisa katakan dia tidak punya kebutuhan itu. Abang ipar begitu menitikberatkan pemeliharaan tubuh, juga tahu terlalu banyak seks tidak baik untuk tubuh, pastinya juga tidak akan gunakan barang itu kan!
Barulah Jordan Wijaya menyadari ada penjelasan di kotak kemasan. Dia meninggalkan yang ukuran terbesar, lalu meletakkan kembali yang lainnya.
Sanny Chandra, “….” Pria, suka menjaga muka di depan wanita.
Dengan wajah merah Sanny Chanra mengikuti Jordan Wijaya pergi setelah melunasi pembayaran, lalu dia menggerutu dengan suara kecil, “Habiskan dua puluh juta untuk beli barang yang tak akan digunakan, benar-benar boros!”
“Malam ini akan digunakan.” Detik berikutnya, tiba-tiba Jordan Wijaya berkata.
Sanny Chandra terkejut, tak disangka dia sudah begitu kecil suaranya masih terdengar oleh Jordan Wijaya. Setelah sadar kembali apa maksud perkataan Jordan Wijaya, wajah Sanny Chandra merah padam, seketika tidak tahu harus berbuat apa.
Apa-apaan malam ini akan digunakan, malam ini tidak akan terjadi hal dewasa apapun!
Sepulangnya ke kastil, Sanny Chandra berganti pakaian rumah. Melihat Jordan Wijaya sedang menuliskan angka di kotak kemasan kondom, dia berkata dengan heran, “Untuk apa ini?”
“Urutan pemakaian. Agar kamu tidak lupa apa rasanya setiap kali penggunaan jenis yang berbeda. Setiap kali setelah selesai, kamu tulis ulasannya untukku.”
Ini masih harus tulis ulasannya?
Wajah Sanny Chandra merah sampai hampir meledak, “Aku tidak mau!”
“Kamu taat ya.” Nadanya dingin, jelas tidak membolehkan Sanny Chandra untuk menolak.
Sanny Chandra merasa sedih dan ingin menangis. Abang ipar, sebenarnya kamu tahu tidak seberapa keterlaluannya permintaan kamu?! Bagaimana boleh kamu meminta seorang gadis muda untuk menulis ulasan setelah pemakaian barang itu?!
Dia masih mau muka!
Ketika Sanny Chandra sedang bersedih, tiba-tiba muncul suara keributan dari luar.
Terdengar suara sepatu hak tinggi yang berjalan kemari, lalu pintu kamar utama dibuka. Liviani Chandra yang menginjakkan sepatu hak tinggi sedang menatap mereka dengan marah. Ketika melihat jelas barang apa yang dipegangi di tangan Jordan Wijaya, dia merasa dunia ini sedang berputar.
Kondom!
Sanny Chandra tidak membohonginya, kemarin malam mereka benar-benar sudah bersetubuh!
