Bab 185

Hatiku pasti sangat kacau saat itu.

"Tiedan, kamu cium saja!" suaranya agak bergetar.

Dia menutup matanya, dengan ekspresi pasrah.

Melihat bibirnya yang merah merona, tiba-tiba aku kehilangan minat.

Bagiku, dia hanyalah tubuh tanpa jiwa. Seperti benda mati.

Atau, dalam pandangannya, dia hanya merasa...