108. Kebenaran 2

"Aku mengambil jalan pengecut. Jalan yang mudah," kepalanya tertunduk, helai-helai rambut hitam legam jatuh di dahinya.

Kami sekarang berlutut di lantai, saling berhadapan. Pipiku basah oleh air mata yang diam-diam mengalir, perih dan tersiksa oleh pengakuannya.

Dia masih remaja saat itu. Ketika di...