Bab 6
Binar belum pernah mendengar gadis kecil ini berbicara. Selain itu, gaun dan pakaian gadis kecil ini memang sangat bermerk dan jelas dari keluarga kaya. Juga, suara yang familiar di telepon tadi...
Pada saat ini, gadis kecil itu menatap Binar, dia melihat seksama wajah itu. Dalam keadaan kalut dan khawatir, Binar sepertinya melihat bayangan pria itu darinya. Dalam sekejap, seolah-olah sambaran petir menyambarnya. Hatinya mendadak lemah dan takut
"Apakah anak ini benar-benar putri dari Barra?" tanya Binar dengan suara pelan
Sebagai sahabat baik Binar, Tyas tahu apa yang terjadi di masa lalu. Dia berjalan ke Binar dan berkata, "Sepertinya gadis kecil ini memang anak dari pria bajingan itu." wanita itu berbisik pelan.
Setelah memikirkannya dengan serius, Binar semakin merasa bahwa tebakannya benar.Gadis kecil ini tampak seumuran dengan anaknya, sekitar lima atau enam tahun. Jika anak itu benar-benar putri dari lelaki itu, itu berarti bahwa setelah mereka berpisah, pria itu mencari wanita lain dan menikah lagi. Hatinya mendadak panas dan kesal.
Pria bajingan! Pria itu sungguh membuatnya tak bisa melupakan patah hatinya dulu.
Binar merasakan sakit yang tajam di hatinya dan wajahnya menjadi muram. ‘Kenapa hati ini masih sakit?’ batinnya dalam hati.
Tyas melirik gadis kecil itu, lalu berbisik ke telinga Binar, "Apa yang harus kita lakukan?" tanyanya, suaranya pun sebisa mungkin dia pelankan.
"Jika ayah anak itu benar-benar anaknya Barra, maka dia sudah dalam perjalanan ke sini,” balas Binar. Ada sedikit kepanikan di wajah wanita itu. Tidak, dia tidak bisa membiarkan pria itu melihat kedua anaknya. Dia menyerahkan teleponnya kepada Tyas dan berkata, "Aku akan pergi dan bersemnunyi darinya, aku tidak mau bertemu dengannya. Ketika dia tiba, katakan padanya bahwa kamulah yang menelepon. Aku dan anak-anak menunggu di mobil." Wanita itu menatap sahabatnya dengan penuh harap dan ada kecemasan luar biasa di hatinya.
Tyas mengangguk setuju. Dia tahu pasti Binar saat ini sedang ketakutan dan sebagai sahabatnya, dia tahu kalau Binar tak pernah secemas ini. Pasti ada yang terjadi di masa lalu yang membuat sahabatnya itu enggan bertemu dengan Barra Atmadja.
Binar hendak pergi, tetapi ketika dia menoleh, dia melihat sekilas gadis kecil itu. Meskipun dia tahu bahwa gadis kecil itu adalah anak Barra dari wanita lain, tapi urusan orang dewasa dan tidak ada hubungannya dengan anak-anak. Melihat gadis kecil yang cantik ini, hatinya tidak marah, dia masih ingin bersamanya, tapi dia harus pergi sebelum Barra datang. Dia segera pergi dengan kedua anaknya, tapi ujung bajunya dipegang oleh gadis kecil itu dan Binar pun melihatnya, wajah menggemaskan yang polos itu terlihat menatapnya dengan bingung.
Bagaimana bisa hatinya tega meninggalkan gadis kecil yang menggemaskan itu, hatinya pun ingin tetap tinggal dan membawa serta gadus itu. Apa bisa?
Binar tersenyum menatap gadis kecil itu lembut, "Tante ini akan menjagamu. Tunggu di sini sampai ayahmu menjemputmu. Tante mendadak ada urusan yang harus dilakukan, jadi tante harus pergi dulu."
Binar tahu bahwa dia tidak punya banyak waktu lagi. Lagipula, Barra bisa datang ke restoran ini kapan saja.Jadi dia memilih untuk tidak melihat wajah gadis kecil itu dan langsung pergi menjauh dengan paksa. Kemudian dia pergi dengan Langit dan Bumi. Binar tidak mau Barra melihatnya dan kedua anaknya saat ini. Binar tidak ingin sesuatu yang berharga dan sumber kebahagiaannya direbut oleh pria itu! Bibar tidak ingin Bumi dan Langit ditemukan oleh Barra.
Beberapa menit kemudian, pintu didorong terbuka.
Dalam sekejap, lima atau enam pengawal berpakaian hitam masuk. Mereka berdiri di kedua sisi, dan kemudian seorang pria yang memakai jas hitam masuk dari tengah. Pria itu menegakkan punggungnya dan kemudian melihat ke pintu, dia berpura-pura tenang.
Barra berjalan ke arah Tyas dengan ekspresi dingin dan aura yang kuat. Dia akhirnya bisa melihat putri kecilnya yang berharga, Barra sedikit lega. Tapi, dia melihat Summer yang muram, putri kecilnya itu tampak terluka. Jelas gadis kecil itu muram karena kepergian Binar yang begitu saja.
Gadis kecil itu patah hati, meskipun papinya ada di sini, dia sama sekali tidak senang dan tidak ingin berbicara dengannya. Dia ingin sekali ikut dengan tante cantik dan kedua kakak laki-laki yang seperti menjaganya itu. Tapi, kenapa mereka mendadak perg, dan meninggalkannya? Dia kesepian lagi...
Kedua mata Barra tampak cemas melihat putri kecilnya muram, dia merasa ada yang tidak beres. Pasti Summer sedang ada masalah karena wajah imut nan menggemaskan itu sudah berubah jadi mendung , dan juga muram.
Steve, sang asisten pribadi Barra mengetahui kalau nona kecilnya sedang muram, dan pria itu segera menghampiri gadis kecil itu dan bertanya, "Nona Summer, apakah kamu baik-baik saja?" tanyanya tampak khawatir.
Summer mengabaikan Steve dan memalingkan wajahnya. Dia muak! gadis itu tidak ingin bertemu dengan siapa pun, dia hanya ingin tante cantik dan kedua kakak laki-laki tadi.
Steve terus mengobrol dengan Summer dan memastikan kalau nona kecilnya baik-baik saja. Dia tidak peduli jika Summer terus mengabaikannya. Steve hanya ingin memastikan nona kecilnya tak mengalami kesusahan.
Barra kemudian melihat wanita yang duduk di sebelah Summer dan bertanya dengan kasar, "Di mana Binar?"
Suasana mendadak hening.
Tyas mencoba tenang, dia menyembunyikan kepanikannya yang luar biasa.
