Bab 6
Bella terkejut dan menjerit kesakitan. Ia tidak tahu mengapa tiba-tiba dua gadis kembar ini menjambak rambutnya dengan kasar.
“Aw, sakit,” pekik Bella.
Bibi Shane berjalan mendekatinya. Wanita paruh baya itu berbisik tepat di telinga Bella. “Aku tidak suka padamu. Makanya kau harus ku beri pelajaran.”
“A-apa salahku, B-bibi?” tanya Bella dengan tergagap sembari menahan sakit. Kepalanya masih terdongak karena Rane dan Rana belum melepaskan tangan mereka dari rambut panjang Bella.
“Karena kau berani-beraninya menikahi keponakanku! Padahal ku dengar kau seorang pembantu, kan?” tanya Bibi Shane kepada Bella dengan bola mata yang membesar. Wanita itu sangat anti dengan orang miskin yang berasal dari level rendah seperti Bella.
Gadis itu tercengang. Ia heran mengapa Bibi Shane mengetahui identitasnya.
“Mengakulah! Atau aku akan menyiksamu lebih parah dari ini,” ujar wanita itu.
“Ampun, Bi. Ampun!” ucap Bella memohon ampun.
Tiba-tiba, terdengar suara langkah sepatu yang bergesekan dengan lantai. Semuanya menoleh ke sumber suara. Di ambang pintu, Nelson sedang berdiri menyaksikan rambut istrinya dijambak oleh sepupu kembarnya.
Melihat Nelson, kedua gadis tersebut melepaskan cengkeraman tangannya pada rambut Bella.
Tatapan pria itu dingin. “Memangnya kenapa kalau dia berasal dari level rendah dan memiliki profesi sebagai pembantu?”
Bibi Shane tampak terkejut. Wanita paruh baya itu tetap menjawab pertanyaan dari Nelson. Ia pura-pura tersenyum senang. “Tidak apa-apa, aku hanya bercanda saja pada istrimu, Nelson. Kau seperti tidak mengenali Bibi saja. Bibi kan memang suka bercanda. Terkadang memang terlihat seperti serius.”
Lalu Bibi Shane berjalan mendekati Nelson. Ia merangkul ponakannya yang tentu lebih tinggi dari dirinya. "Kau pergi bekerja saja dengan tenang. Istrimu akan betah jika bersamaku."
"Maafkan Bibi untuk pertanyaan dipertemuan keluarga tadi. Bibir baru menyadarinya bahwa apa yang kau katakan itu benar, Nelson. Keluarga kita seharusnya menghilangkan tradisi angkuh itu. Sudah saatnya kita menghormati kaum rendahan juga." Bibi Shane menambahkan kalimatnya. Wajahnya terlihat begitu menyesal.
Nelson menatap serius ke arah Bibi Shane. "Bibi, jangan macam-macam kepada istriku. Jika Bibi tidak bisa menerimanya sebagai keluarga, berarti Bibi tidak menganggapku.
Wanita tua itu sontak tertawa. "H-haha. Tidak mungkin. Aku pasti akan menyayangi Bella seperti aku menyayangimu, Nelson."
Bibi Shane jelas hanya berakting didepan keponakan laki-lakinya itu. Ia tetap saja bertujuan ingin menyakiti Bella dan membuat gadis itu tidak nyaman menjadi istri dari seorang Nelson. Mereka bercerai, itu yang Bibi Shane inginkan.
Nelson menatap mata Bibi Shane dengan serius. Ia percaya dengan perkataan Bibinya tersebut karena melihat raut wajahnya yang penuh penyesalan. "Baik lah, Bibi. Aku percaya padamu. Kau boleh menginap disini sesuka hatimu, Bi."
Wajah Bibi Shane begitu cerah. Ia memeluk Nelson dengan sayang. "Aaa, keponakanku ini memang sedari dulu begitu baik hati. Bella, kau beruntung mendapatkan suami seperti dia."
Gadis itu tersenyum ragu. Ia menduga bahwa Bibi Shane hanya berbohong. Dia tidaklah benar-benar seperti itu. Tapi, untuk memberi tahu Nelson saat ini membuat dirinya belum berani.
Nelson membalikkan badannya. Pria dingin itu kembali berjalan keluar untuk pergi ke tempat tujuannya, yaitu mengadakan perjalanan bisnis.
Setelah Bibi Shane memastikan keponakannya tersebut sudah pergi dari pandangan matanya, ia membalikkan badan dan berjalan ke arah Bella dengan angkuh. Kedua tangannya dilipatkan di depan dada.
Bella tidak berani menatap Bibi Shane. Ia terus menundukkan kepala.
"Jangan harap apa yang aku katakan tadi pada Nelson adalah benar. Aku hanya berpura-pura didepannya." Bibi Shane memberi tahu Bella dengan raut wajah yang menakutkan.
"Rosie mengatakan padaku, kau adalah pembantu dirumah ini sebenarnya, kan?" tanya Bibi Shane pada Bella.
Rosie diberi tahu oleh Herto, bahwa sebenarnya Bella adalah pembantu Nelson yang dipesan pada perusahaan kecil yang merekrut jasa asisten rumah tangga secara resmi. Paradise Time.
Mendapat kabar tersebut, Rosie langsung memberi tahu Bibi Shane untuk membantu menyingkirkannya. Sebab, Rosie hanya ingin Nelson menikah dengannya.
Bella terpaksa menganggukkan kepalanya.
" Aku sangat malu jika memiliki sepupu ipar sepertimu. Kau seharusnya bercerai saja dengan Nelson." Rane menyahut. Gadis itu melempar tatapan benci ke arah Bella.
"Karena kau pembantu, layani kami selama kami menginap dirumah ini," ujar Rana. Ia mengambil duduk di sofa. Kedua kakinya sengaja diletakkan diatas meja.
"Benar. Tapi, jangan sampai mengadu kepada Nelson!" imbuh Rane.
Bibi Shane mendekati Bella. Jari tangannya yang lentik itu mengangjat dagu runcing Bella. Hingga gadis itu terdongak. "Jika kau memberi tahu Nelson, aku akan mengusik keluargamu!"
Bibi Shane mengancam Bella. Hal itu membuat gadis tersebut sangat takut.
"Jangan kau kira aku tidak tahu latar belakang keluargamu. Aku sudah mengecek identitasmu sebelum datang kesini. Ayahmu sudah lama meninggal, tapi banyak meninggalkan hutang. Sedangkan ibumu sedang lumpuh dan memiliki penyakit komplikasi. Ia bersama adik perempuanmu digubuk reok itu, benar kan?"
Bella hanya bisa menganggukkan kepalanya. Gadis itu benar-benar tidak berani berbohong pada orang seperti Bibi Shane.
"Hai, Bibi Shane? Aku kembali." Terdengar suara Rosie menyapa Bibi Shane. Gadis itu masih mengenakan gaun yang tadi ia kenakan ke acara pertemuan keluarga.
Wajah Bibi Shane terlihat bersinar. "Hai, Rosie. Aku merindukanmu. Tadi berbincang denganmu di acara pertemuan tidak puas." Bibi Shane membalas sapaan dari Rosie. Ia langsung datang ke arah Rosie dan mereka berpelukan sejenak untuk melepas rindu.
Rosie juga menyapa Rane dan Rana. Kedua gadis kembar itu tersenyum sangat ramah kepada Rosie.
"Bibi akan menginap disini?" tanya Rosie setelah melihat tiga buah koper yang masih terletak di depan pintu masuk.
"Ya. Kami akan menginap disini selama beberapa hari." Rane mewakili ibunya untuk menjawab pertanyaan Rosie.
"Wah, semakin seru sekali," balas Rosie. Ia seperti sudah bisa membaca wajah Bibi Shane tujuannya menginap dirumah Nelson. Tak lain dan tak bukan hanyalah ingin mengerjai Bella.
"Ya. Kita akan dilayani oleh Bella. Tugas pembantu kan melayani tamu majikannya." Bibi Shane memberi tahu Rosie.
Rosie tentu tersenyum senang. Ia melipatkan kedua tangannya ke atas dada. "Aku juga sebagai tamu ingin dilayani dengan baik."
"Bella, kau harus merendamkan kakiku dengan air panas. Aku terbiasa seperti itu," ujar Bibi Shane.
Rosie ikut memerintah Bella. "Oh ya, aku juga. Cucikan bajuku. Aku tak sempat mengirimnya ke laundry."
"Kami berdua juga ingin pedicure. Kau yang harus melakulannya!" tambah Rana.
Bella dengan segenap hatinya mengumpulkan keberanian untuk menolak permintaan-permintaan yang memberatkannya ini pada mereka. Pasalnya, Nelson sudah memesannya untuk tidak bekerja dan tetap fokus untuk menjaga kesehatan demi kesuburannya.
"Aku tidak mau!" jawab Bella dengan tegas walaupun badannya bergemetar takut.
