Bab 7
Mendengar jawaban Bella tersebut, Bibi Shane berjalan mendekati gadis itu dengan raut wajah yang kesal. Sementara, Bella beringsut mundur secara perlahan. Ia benar-benar takut dengan Bibi Shane.
“Kau berani menolak perintahku?” Bibi Shane mengangkat dagu Bella lagi.
Bella menelan ludahnya berulang kali. “Aku tidak boleh bekerja terlalu berat oleh suamiku.”
“Bukan alasan!” Bibi Shane melepaskan cegkeramannya dari dagu Bella dengan sangat kasar. Hingga gadis itu hampir tersungkur.
Kini, giliran Rosie yang beraksi. “Turutin saja perintah kami jika ibu dan adikmu ingin selamat!”
Bella terkejut. Ia cemas memikirkan ibu dan adiknya. Maka, dari pada keempat wanita ini menyakiti ibu dan adiknya, lebih baik Bella menerima semua permintaan mereka. Ia sontak berdiri. “Baiklah, aku akan melayani kalian.”
Semuanya tersenyum angkuh.
“Cepat lakukan!” Bibi Shane memerintah Bella dengan membentaknya.
Bella bergegas ke dapur untuk mengambil air panas dan merendam kaki Bibi Shane sesuai dengan permintaannya. Setelah itu, ia melakukan pedicure kuku kaki kedua gadis kembar tersebut.
"Jangan berantakan. Harus rapi!" Rane memperingati Bella.
Padahal, gadis tersebut tidak tahu caranya bagaimana memasang pedicure. Sebab, ia belum pernah melakulan itu. Pekerjaannya hanya membersihkan rumah selama ia menjadi pembantu.
Bella takut melakukan kesalahan. Jadi, ia mencoba untuk jujur bahwa dirinya tidak tabu menahu soal pedicure. "Maaf, aku tidak mengerti bagaimana caranya melakukan pedicure."
Gadis itu berkata dengan raut wajah sendu.
Bukannya memahami ketidakpahaman Bella, Rane malah semakin menyudutkannya serta memakinya dengan kasar. "Kau pintar mencari alasan ya!"
"Jangan membuat kami marah. Lakukan saja perintah ini!" Rana menambahi. Ia menarik rambut Bella dengan sangat kuat dan berkata, "Ayo cepat!"
Tidak ada pilihan bagi Bella. Mau tidak mau, ia harus melakukannya. Walaupun, apa yang dia lakukan ini masih sangat asing baginya.
Ketika Bella sedang memotong kuku Rane, gadis itu bergerak dan menyebabkan kulitnya sedikit terangkat. Membuat dirinya menjerit. Tentu, ia langsung menyalahkan Bella serta memakinya habis-habisan. "Hei! Kau ingin menyiksaku atau bagaimana? Sakit!".
"Kau harusnya berhati-hati memotong kuku kembaranku! Kulitnya sangat sensitif." Rana bersuara ikut memarahi Bella.
Di ambang pintu kamar tamu, Rosie muncul dengan wajah kesal. Ia menatap Bella penuh kebencian. "Bella!"
Gadis itu menoleh ke sumber suara. "Iya. Ada apa, Rosie?"
"Kau sedang apa dari tadi? Itu tumpukan baju kotorku belum kau cuci juga?"
Bella menjawab dengan tergagap. "I-iya sebentar. Aku sedang melakukan tugas lain dulu. Setelah selesai aku akan mencuci bajumu."
"Cepat! Aku tidak tahan melihat tumpukan vaju kotor itu," pungkas Rosie.
"Kerjamu sangat lambat sekali! Baru dua ornag yang pedicure, tapi tidak selesai juga," ujar Rane penuh kekesalan kepada Bella.
Gadis itu hanya diam menunduk. Dia menerima segala caci maki dari keluarga suaminya demi melindungi ibu dan adiknya. Bella ingin menyudahi kotrak pernikahan ini, tapi Nelson sudah memberinya uang muka dan juga menegaskan bahwa pria itu belum ingin menyudahi pernikahan ini sebelum Bella melahirkan darah dagingnya. Begitulah yang tertulis di kontrak pernikahan mereka.
Setelah ia selesai melakukan pedicure pada dua gadis kembar yang menyebalkan tersebut, Bella bergegas melakukan pekerjaan selanjutnya. Yaitu mencuci tumpukan baju kotor Rosie, sahabat sedari kecil Nelson yang sudah di anggap sebagai keluarga oleh Watson Family.
Tok! Tok! Tok!
Bella mengetuk pintu kamar Rosie. Gadis itu langsung membukanya dengan melemparkan keranjang yang berisi baju-baju kotornya. Padahal dia baru sehari menginap di rumah Nelson ini, tapi pakaian kotornya sudah menggunung di dalam keranjang plastik itu.
“Cuci yang bersih! Dan pastikan besok sudah kering, dan sudah rapi disetrika!” Rosie memerintah Bella lagi.
Bella mencoba memberanikan dirinya untuk protes dengan penambahan kerja yang Rosie berikan padanya. “Maaf, untuk menyetrika sepertinya besok akan dikerjakan oleh pembantu baru saja. Karena Nelson menyuruhku untuk pergi ke rumah sakit besok pagi, untuk konsultasi dengan Dokter kandungan kami.”
Bola mata Rosie seketika berputar ke arah Bella. “Aku hanya ingin yang menyetrika seluruh bajuku itu dirimu! Kau kan memang seorang pembantu, jadi itu tugasmu.”
“T-tapi...”
Belum sempat gadis itu melanjutkan kalimatnya, Rosie sudah lebih dulu memotongnya. “Tidak ada tapi di dalam kamus hidupku! Kau yang harus melakukannya. Jika tidak, akan kudatangi gubukmu dan memberi pelajaran kepada ibu dan juga adikmu.”
Mendengar ancaman Rosie, Bella segera menjawab, “Baiklah. Aku yang akan menyetrikanya besok.”
Rosie tersenyum menang. “Bagus!”
Bella segera bergegas ke kamar mandi untuk mencuci pakaian Rosie. Ketika gadis itu hendak memasukkannya ke mesin cuci, Rosie muncul di balik pintu. Ia berdiri di ambang pintu kamar mandi dengan berkacak pinggang. “Ketika mencuci bajuku, kau tidak diperbolehkan menggunakan mesin cucu.”
Mendengan itu, Bella ternganga. “Mengapa? Bukankah agar lebih memudahkan?”
“Iya, bagimu lebih memudahkan. Tapi, nanti semua pakaianku akan rusak jika diputar di dalam mesin itu. Pakaikanku terbiasa di brush menggunakan tangan, agar bersih dan tidak rusak.”
Bella menelan salivanya. Ia tahu apa yang akan Rosie katakan jika dirinya menolak permintaannya. Sudah tentu Rosie akan mengancam untuk memberi pelajaran kepada ibu dan juga adiknya Bella. Jadi, tidak ada pilihan bagi Bella selain menurutinya.
“Baiklah,” ucap Bella. Ia mengeluarkan pakaian milik Rosie dari mesin cuci.
Ketika Rosie hendak kembali ke kamarnya, ia teringat sesuatu. Gadis itu kembali membalikkan badannya ke arah Bella. “Satu hal lagi, kau harus behati-hati ketika mencucinya. Semua pakaianku adalah barang mahal dan ku beli di berbagai negara. Hanya limited edition.”
Lagi-lagi Bella hanya dapat menganggukkan kepalanya.
Pada waktu yang bersamaan, Bibi Shane yang sedang bersantai sembari menonton televisi itu mengambil gawainya yang berdering. Seseorang sedang menghubunginya. Ia berdecak kesal. Wanita paruh baya itu dengan hati-hati mengeluarkan kakinya dari rendaman air hangat. “Iya, ada apa, Bu?”
Ternyata yang menghubunginya adalah ibunya, yaitu Nyonya Watson. Dia juga nenek dari Nelson.
“Ku dengar, kau sedang menginap di rumah Nelson?” tanya Nyonya Watson kepada anak keduanya tersebut.
Wajah Bibi Shane berkerut. Pasalnya, tidak biasanya ibunya ini menghubunginya bahkan bertanya perihal keberadaannya. “Iya, Bu. Mengapa?”
“Nelson sedang perjalanan bisnis, kan?”
“Iya. Ibu benar. Apakah ibu ada kepentingan dengan Nelson?”
Wanita tua itu menjawab, “Tidak. Aku hanya akan memberimu perintah penting. Dan kau harus melakukannya.”
“Apa itu, Bu?” Wanita janda yang memiliki puteri kembar itu bertanya dengan penasaran.
“Buat lah gadis itu bercerai dengan Nelson! Aku sungguh tidak menyukainya. Aku tidak ingin memiliki cucu menantu yang berasal dari level miskin seperti dia,” ujar Nyonya Watson.
