Bab 9

Bella memegangi pipi kanannya setelah sebuah tamparan dari Bibi Shane mendarat di pipinya. Sementara tangan Bibi Shane masih mengepal dan wajahnya memerah. Ia sangat kesal mendengar pengaduan puteri kembarnya tentang Bella yang tidak menghargainya. Padahal Rane dan Rana hanya mengarang cerit saja.

“Dasar kau tidak tahu diri! Kau berani melawan denganku ya? Aku bisa saja melaporkan ini kepada suamimu. Sudah pasti suamimu akan membela Bibinya dan memarahi istrinya!” suara Bibi Shane semakin meninggi. Ia berkata seperti itu tepat di sebelah telinga Bella.

Tidak hanya itu, Bibi Shane juga menarik rambut panjang Bella hingga kepala gadis tersebut terdongak sangat kuat. Bella sedikit mengerang kesakitan. Namun, Bibi Shane tetap tidak peduli. Ia menyeret Bella keluar dari kamar puteri kembarnya.

“Ampun, Bibi!” ucap Bella sambil merintih kesakitan.

“Tidak ada ampun bagi seseorang yang berani melawan kepada orang yang lebih tua sepertimu!” Bentak Bibi Shane.

Di ambang pintu kamar, Rosie tersenyum melihat Bibi Shane akan menghukum Bella. Ia melipatkan kedua tangannya di atas dada. Ia berpikir dengan ketidaksetujuan hubungan Bella dan Nelson dari Bibi Shane, maka peluangnya untuk mendapatkan Nelson akan lebih besar. Terlebih lagi Bibi Shane dan semua keluarga Nelson menyukainya, makanya Rosie sangat percaya diri sekali.

Bibi Shane yang menyeret Bella secara paksa berhenti di taman belakang. Ia mendorong Bella hingga gadis tersebut terjatuh sembari memegangi perutnya yang terasa melilit karena sama sekali belum terisi makanan sejak kemarin.

“Aku akan menghukummu karena perbuatanmu tadi!” ujar Bibi Shane dengan kedua bola mata yang membesar. Ia berdiri dihadapan Bella sambil berkacak pinggang.

Bella yang masih terduduk itu hanya dapat menundukkan kepalanya. Tanpa diketahui Bibi Shane, air mata Bella luruh.

Wanita paruh baya yang bernama Shane itu melirik ke arah kolam berenang yang berada di sebelah kanan mereka. Kolam itu memang sangat lama tidak dibersihkan, karena sudah tidak terpakai lagi. Namun, Bibi Shane terpikirkan sesuatu yang tidak Bella duga.

“Kau harus membersihkan kolam renang ini.” Bibi Shane memberi tahu hukuman yang ia berikan kepada Bella.

Bella tercengang. Karena ia tahu bawa kolam renang ini sudah lama tidak digunakan. Nelson juga sudah memberi tahunya. Bella memberanikan diri untuk berkomentar dengan suaranya yang parau. “Tapi, Bi. Bukankah ini sudah tidak digunakan lagi? Lantas, untuk apa aku membersihkannya?”

Mendengar komentar Bella tersebut, Bibi Shane malah memarahinya. “Kau berani melawanku lagi, ha? Kau tinggal menjalankan perintahku saja. Tidak usah mengelak.”

Bella menundukkan kepalanya. Mau tidak mau ia harus menjalankan hukuman yang diberikan Bibi Shane. Jika tidak, wanita paruh baya ini akan terus memarahinya bahkan menyiksanya lebih lama.

“B-baiklah, Bi.” Bella menjawab dengan tergagap.

Dengan raut wajah yang tampak masih kesal, Bibi Shane berkata, "Cepat lakukan! Jika kau tidak benar melakukannya, aku bisa tahu karena memantaumu dari kamera itu!" Ia menunjuk ke arah kamera kecil yang terpasang di sudut dinding.

Bibi Shane bergegas masuk ke dalam rumah. Sementara Bella mulai bekerja membersihkan kolam ini. Langkahnya tertatih sambil memegangi perutnya yang kian terasa melilit. Badannya pun bergemetar dan keringat dingin mulai bercucuran di wajah dan juga badannya.

Ketika gadis itu hendak menyikat pinggiran kolam renang dengan sebuah brus penyikat, tiba-tiba kepalanya terasa sangat sakit. Pandangannya mulai redup. Ia merasa dunia sedang berputar-putar. Dan dengan sekejap ia tubuhnya langsung tumbang. Bella terjatuh dan tidak sadarkan diri.

Sementara, pada waktu yang bersamaan bel pintu berbunyi.

Ting!

Bibi Shane berjalan ke arah pintu dan membukanya. Betapa terkejutnya wanita parah baya itu ketika melihat Nelson yang sudah berdiri dan langsung masuk ke dalam rumahnya.

"Hai, Bi!" sapa Nelson sambil berlalu.

"Hai. Kau bilang akan kembali setelah seminggu. Mengapa baru dua hari sudah pulang?" tanya Bibi Shane.

Nelson memberhentikan langkahnya dan membalikkan badannya ke arah Bibinya itu. "Memangnya mengapa?"

Bibi Shane terdiam sembari melirik ke sembarang arah. "Ya tidak apa-apa, Nelson. Aku senang jika kau pulang cepat."

Padahal Bibi Shane sedang kesal karena kepulangan Nelson yang begitu cepat. Karena, waktunya untuk mengerjai Bella sangat singkat. Ditambah lagi ia gugup. Dirinya belum sempat memberi tahu Bella untuk tidak memberi tahu Nelson perihal yang sudah ia lakukan pada Bella selama dua hari belakangan ini.

"Honey, I am home!" Suara Nelson menyapa istrinya. Pria itu membuka sepatunya sambil duduk di sofa. Matanya melihat ke sekitar. Tidak ada sahutan dari istrinya. Nelson berjalan ke arah kamar. Tapi, ia juga tetap tidak menemukan keberadaan Bella dimana pun.

Nelson kembali berjalan ke ruang tengah dan bertanya kepada Bibi Shane yang mulai tampak gelisah. "Bi, apakah kau melihat Bella?"

Dengan cepat Bibi Shane menggelengkan kepalanya. "Aku tidak melihatnya, Nelson."

Nelson berlalu meninggalkan Bibinya. Kakinya berjalan ke arah taman belakang. Tiba-tiba, netranya menangkap seseorang sudah tergeletak tepat disamping kolam renang. Nelson seperti tanda dengan baju yang dikenakan orang itu.

Ia terus berjalan mendekatinya. Dan matanya membulat sempurna ketika melihat Bella sudah tergelatak dalam keadaan wajah yang pucat pasi.

"Bella?" sapa Nelson. Ia berjongkok dan menepuk-nepuk kedua pipi Bella agar gadis itu sadar. Namun, gadis itu juga tetap tidak sadarkan diri.

Wajah Nelson panik. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada istrinya ini. Dengan cepat pria itu menggendong Bella dan membawanya ke kamar.

"Ya ampun, Bella. Apa yang terjadi padamu?" Bini Shane pura-pura terkejut. Ia ikut berlari mengikuti Nelson yang membawa Bella ke dalam.kamar.

Kemudian Rosie, Rane, dan Rana juga ikut berlari. Wajah mereka pura-pura panik.

"Herto! Herto! Segera hubungi Dokter pribadiku dan suruh ia mendatangi rumah!" perintah Nelson kepada Herto.

"Wajahnya sangat pucat. Beri dia minum dulu," ujar Bibi Shane.

Nelson memangku Bella. Pria itu mengambil minum yang diberikan Bibi Shane dan meminumkannya pada Bella.

"Honey, bangunlah!" Suara Nelson membangunkan Bella dengan lembut. Hal itu membuat Rosie cemburu. Gadis itu langsung meninggalkan kamar Nelson dengan raut wajah kesal.

Tidak lama setelah itu, seorang Dokter datang. Dengan cepat ia memeriksa Bella.

"Bagaimana?" tanya Nelson.

Dokter pria tua itu mengerutkan dahinya. "Sepertinya perutnya belum terisi makanan sedikitpun dari kemarin. Jadi, tidak ada tenaga dan Nona muda mengalami dehidrasi juga, Tuan."

"Sepertunya Nona muda kelelahan karena terus bekerja berat." Dokter tersebut menambahkan.

Dokter segera memasang infus untuk meningkatkan cairan tubuh Bella. Sementara Nelson langsung bergegas ke dapur membuat bubur untuk Bella. Ia tidak habis pikir jika istrinya itu bisa tidak makan.

Ketika sampai ke dapur, netra Nelson tidak sengaja melihat tumpukan bungkus makanan di tempat sampah. Ia berpikir, jika ada makanan sebanyak ini mengapa Bella tidak makan?

"Apakah mereka tidak memberi istriku makan?" tanya Nelson dalam hatinya. Kemudian, ia teringat kejadian kemarin ketika ia hendak berangkat untuk perjalanan bisnis. Sepupu kembarnya dengan tega menjambak rambut Bella dan Bibi Shane memakinya.

Maka dari itu, Nelson mulai curiga bahwa selama dia pergi Bella diganggu oleh mereka.

Tanpa basa-basi, dengan tangan mengepal dan rahang memerah ia berteriak. "Siapa yang sudah menyiksa istriku?"

Bab Sebelumnya
Bab Selanjutnya